1. Masjid Qubbah As Sakhrah / Dome of the Rock di Yerusalem, Palestina
2. Masjid Al-Askari di Samarra, Irak
3. Masjid Suneri, Lahore, Pakistan
4. Masjid Jame’ Asr atau Masjid Bandar Seri Begawan di Brunei
5. Masjid Sultan Singapura
Satu-satunya (mungkin) masjid yang boleh membunyikan adzan adalah masjid Sultan di sekitar Arab Street. Masjid Sultan adalah masjid tertua kedua di Singapura dan dikategorikan national heritage. Oleh sebab itu, ia mendapat perkecualian.
6. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin Brunei
7. Masjid Dian Al Mahri di Depok, Indonesia

Masjid Qubbah As Sakhrah atau di
kenal dengan Dome of the Rock dibangun pada sekitar tahun 690M oleh
Abdul Malik bin Marwan yang merupakan salah satu raja dalam bani Umayah
dan kemudian diikuti dengan pembangunan Masjidil Aqsha yang selesai pada
tahun 710M. Masjid ini dahulu-mungkin juga sampai sekarang-di anggap
sebagai masjid Al Aqsha. Sebagian orang juga menganggap bangunan ini
bukanlah masjid melainkan hanya tumpukan batu besar.
2. Masjid Al-Askari di Samarra, Irak

Masjid Al-Askari merupakan masjid
syiah yang di bangun pada tahun 944 M. Masjid ini terletak di kota
Samarra, Irak. Namun sayangnya masjid ini hancur pada bulan Februari
2006 akibat tidak langsung dari invasi Amerika Serikat ke Irak.
3. Masjid Suneri, Lahore, Pakistan

Masjid Suneri memiliki 3 kubah emas.
Satu kubah utama, 2 lainnya di sisi kanan dan kiri. Masjid ini didirikan
oleh Nawab Syed Bhikari Khan, anak Wakil Gubernur Lahore pada tahun
1753 M.
4. Masjid Jame’ Asr atau Masjid Bandar Seri Begawan di Brunei

Masjid yang merupakan bagian dari
kompleks Istana Bolkiah didirikan pada pertengahan tahun 1980-an untuk
memperingati 25 tahun Sultan Hassanal Bolkiah berkuasa. Masjid ini
memiliki 29 kubah yang terbuat dari emas murni 24 karat. Bangunan yang
terletak di tengah taman yang asri ini mempunyai luas hampir 2 hektar
lebih. Keseluruhan kawasan masjid ini dipagari dengan kisi-kisi besi
dengan panjang kira-kira 1.082 km. Terdapat lima pintu masuk ke lokasi
ini, disamping dua pintu khusus untuk keluarga kerajaan dan tamu negara.
Masjid ini memiliki 4 menara yang masing-masing tingginya 189 kaki,
dimana ada sekitar 297 anak tangga pada setiap menara tersebut. Melalui
menara ini, pengunjung bisa melihat pemandangan sekitar masjid dan juga
pemandangan Bandar Seri Begawan dan Kampong Ayer.
5. Masjid Sultan Singapura

Tahun 1928, begitu mendapat uang dari
Kongsi Dagang Inggris sebanyak SGD 3000, Sultan Singapura langsung
merenovasi sebuah masjid yang ada di kawasan Little India. Perubahan
antara lain juga dengan mengganti kubah lama dengan kubah emas. Masjid
ini segera menjadi masjid terbesar di Singapura, dari sekitar 80-an
masjid yang ada.
Lain halnya di Singapura. Seberapapun
besar masjid dibangun di sini, tak 1 dB-pun bunyi adzan boleh
dilantunkan. “Menganggu ketenangan,” kata seseorang. Meski muslim perlu
pengingat sholat yang unik seperti adzan, tapi karena pemerintah tidak
memahami esensi “adzan” maka adzan dilarang bunyi. Karena minoritas maka
muslim di Singapura diam saja. Bergeming. Diam juga pilihan dan mereka
membunyikan adzan lewat speaker dalam ruangan masjid saja: tak sampai
keluar.
Satu-satunya (mungkin) masjid yang boleh membunyikan adzan adalah masjid Sultan di sekitar Arab Street. Masjid Sultan adalah masjid tertua kedua di Singapura dan dikategorikan national heritage. Oleh sebab itu, ia mendapat perkecualian.
6. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin Brunei

Brunei memiliki 2 masjid yang
berkubah emas. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin adalah yang didirikan
pertama kali. Mulai digunakan tahun 1958, masjid ini terletak di tengah
danau buatan yang bersih. Kubahnya terbuat dari emas 24 karat. Biaya
pembangunannya menghabiskan USD 5 juta. Pada zamannya, Masjid Sultan
Omar Ali diperhitungkan sebagai salah satu bangunan terindah di dunia.
7. Masjid Dian Al Mahri di Depok, Indonesia

Masjid dengan kubah emas yang terbaru
adalah Masjid Dian Al Mahri yang letaknya di Depok, Jawa Barat,
tepatnya di Jalan Meruyung, Kelurahan Limo, Kecamatan Cinere, Depok.
Masjid ini mulai di bangun pada tahun 1999, dan di resmikan pada bulan
April tahun 2006. Masjid ini merupakan milik pribadi dari Hajjah (Hj)
Dian Djurian Maimun Al-Rasyid,seorang pengusaha dari Serang, Banten dan
pemilik Islamic Center Yayasan Dian Al-Mahri.
Masjid ini luas bangunannya mencapai
8.000 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 70 hektare. Secara
umum, arsitektur masjid mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur
Tengah dengan ciri kubah, minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan
penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan
obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para arsitekturnya. Ciri
lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris serta
obelisk sebagai ornamen.
Halaman dalam berukuran 45 x 57 meter
dan mampu menampung 8.000 jemaah. Enam menara (minaret) berbentuk segi
enam, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam
menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan
ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24
karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak
digunakan masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah melambangkan
rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang
materialnya diimpor dari Italia.
Pada bagian interiornya, ada
pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi guna menciptakan skala ruang
yang agung. Ruang masjid didominasi warna monokrom dengan unsur utama
warna krem. Materialnya terbuat dari bahan marmer yang diimpor dari
Turki dan Italia. Di tengah ruang, tergantung lampu yang terbuat dari
kuningan berlapis emas seberat 2,7 ton, yang pengerjaannya digarap ahli
dari Italia.
Di sekitar masjid dibuat taman dengan
penataan yang apik dan detail. Selain taman, juga dibangun rumah
tinggal sang pendiri masjid dan gedung serbaguna yang menjadi tempat
istirahat para pengunjung .Sedangkan untuk parkir, disiapkan lahan
seluas 7.000 meter persegi yang mampu menampung kendaraan 300 bus atau
1.400 kendaraan kecil.
Untuk mencapai lokasi ini cukup
mudah, dapat digunakan angkutan umum dari terminal depok ( nomor 03)
yang menuju parung bingung. Dari sini bisa menggunakan ojek menuju jalan
Meruyung. (Sumber: Taukahkamu.com)