
Masyarakat Bengkalis dihebohkan dengan meninggalnya seorang gadis
bernama Azlina (25) saat berobat di Mahkota Medical Center, Melaka,
namun setelah dua jam tak bernafas ia akhirnya hidup kembali. Apa saja
kisah yang dialami Azlina saat ia mati suri? Cerita mati surinya warga
Desa Pematang Duku, Kecamatan Bengkalis benar-benar menjadi pembicaraan
hangat, bahkan berita ini sampai ke Pakning dan kecamatan lainnya.
Berbagai versi kematian pegawai honor Disperindag Pemkab Bengkalis
inipun muncul. Bahkan masyarakatpun berbondong-bondong mendatangai
kediamannya. Tak hanya warga, pejabatpun tak luput ingin tahu cerita
pasti. Bahkan kemarin Ny Fauziah Syamsurizal datang ke rumah Azlina yang
akrab di panggil Iin itu.
Sri Junjungan Televisi (SJTV)
milik Pemkab Bengkalis menayangkan siaran langsung wawancara dengan Iin,
ada keanehan yang terjadi. Saat itulah kepercayaan Riau Pos dan
rekan-rekan media lainnya timbul akan kebenarannya cerita mati suri ini.
Keanehan yang dimaksud adalah,
ketika siaran langsung yang juga disaksikan oleh masyarakat lewat layar
monitor yang dipasang SJTV itu usai. Para kru kemudian mematikan semua
LCD yang ada. Namun anehnya LCD tersebut tak mau mati, justru muncul di
layar monitor sesosok tubuh berpostur besar seperti laki-laki. Kendati
gambar yang muncul sedikit samar, namun jelas terlihat sosok itu
berambut panjang dan bertanduk. Namun wajahnya tak kelihatan. Para
wartawan yang hadir di ruang itu pada ketakutan. Namun sempat mengambil
foto sosok itu. Kru SJTV ada yang menggigil dan menangis.
Foto itu diperlihatkan kepada
Iin, yang waktu itu masih berada di areal SJTV. Ia mengatakan jika sosok
itu adalah jin dan ia meminta agar foto yang diambil tersebut untuk
dihapus saja. Namun Riau Pos yang turut sempat mengabadikan gambar itu,
ketika satu jam berikutnya hendak melihat lagi, ternyata foto itu
terhapus sendiri.
Meninggal Dua Jam
Azlina
adalah seorang anak yatim dari keluarga kurang mampu. 3 tahun
belakangan ia menderit penyakit kelenjar hiperteroid (gondok). Kendati
penyakit yang dideritanya sudah akut, Azlina hanya bisa pasrah, karena
ketidakadaaan biaya berobat. Namun pada Kamis, 24 Agusutus 2006 lalu,
atas kesepakatan sanak keluarga, Azlina dibawa berobat ke Mahkota
Medical Centre (MMC) Melaka.
Esok paginya, dokter MMC
memeriksa Azlina. Satu-satunya jalan untuk penyembuhan adalah dengan
jalan operasi. Namun dokter mengatakan pula jika operasi baru dilakukan 3
bulan mendatang, mengingat tekanan darahnya cukup tinggi.
Usai diperiksa, rupanya kondisi
Azlina makin menurun. Sektar pukul 02.00 waktu setempat, alat detak
jantung yang ada di layar monitor sudah menunjukkan garis lurus, yang
berarti jantungnya sudah tak berdetak lagi. Paman Azlina, Rustam Effendi
yang turut mendampinginya sudah pasrah, jika ponakan sudah meninggal.
Namun saat ia menanyakan pada dokter apakah Azlina benar-benar sudah
meninggal, dokter hanya diam. Namun terus saja melakukan berbagai upaya
termasuk memasang alat pacu jantung.
Kendati sudah tak bernafas,
dokter tetap belum mau memberikan pernyataan Azlina meninggal. Dan
selama 2 jam terus-menerus melakukan pacu jantung. Ajaib, tiba-tiba
jantung Azlina berdetak, kendati lemah. Dokterpun buru-buru membawanya
ke ruang ICCU. Selama 2 hari ia di ruang ICCU dalam keadaan koma.
Setelah mendapat perawatan yang
intensif, kondisi Azlina berangsur-angsur pulih. Dan karena belum bisa
dioperasi, keluarganya pun membawanya pulang ke Bengkalis.
Berada di Alam Barzah
Riau
Pos memang tak tahu persis, apakah kondisi seperti itu bisa dikatakan
dengan mati suri. Namun ada cerita di balik tak bernafasnya Azlina
selama 2 jam dan koma selama dua hari itu. Jika disimak benar-benar
cerita yang terkesan memang tidak dikarang-karang oleh Azlina itu,
setidaknya menyadarkan kita akan alam lain yang bakal kita jalani kelak.
Menurut Azlina, ia sangat
merasakan saat nyawanya dicabut dari kaki kanan, sakitnya seperti badan
dikuliti. Ketika arwahnya sudah berada di alam lain, ia melihat jasadnya
dan pamannya serta dokter di ruang Rumah Sakit. Tak lama setelah itu ia
kemudian dibawa oleh dua malaikat. Kepada malaikat, Azlina minta ingin
bertemu dengan ayahnya.
Atas permintaan Azlina itu, ia
kemudian dipertemukan dengan seorang laki-laki muda berparas ganteng
seusia 17 tahun. Kepadanya dikatakan kalau pria itu adalah ayahnya.
‘’Saya tak percaya karena waktu meninggal ayah saya berumur 54 tahun,
tapi melaikat mengatakan jika itu adalah ayah saya,’’ cerita Azlina.
Pada pertemuan di alam gaib itu,
ayahnya menyuruh Azlina untuk kembali lagi ke dunia, karena belum
waktunya Azlina berada di alam barzah. Setelah bertemu ayahnya, cerita
Azlina lagi, ia dibawa ke suatu tempat yang di situ ditemuinya
wanita-wanit berjilbab dan jumpa seribu malaikat. Di tempat itu, ia
didudukkan pada sebuah kursi yang sangat empuk yang kata Azlina
keempukan kursi itu sebanding dengan 8 busa yang ada di dunia.
Saat duduk di kursi empuk itu,
di sebelahnya ada seorang wanita yang wajahnya mirip wajah Azlina.
‘’Waktu saya tanya siapa dia, wanita itu mengatakan jika ia adalah amal
jariyah saya. Bersama wanita dan 2 malaikat, saya terus dibawa
melihat-melihat, dan kali ini saya dibawa ke suatu tempat penyiksaan. Di
tempat itu, ada 10 orang laki-laki yang disiksa. Ada yang memakai
pakaian compang-camping , badannya bernanah dan bau busuk, ada yang
memikul besi seberat 100 ton dengan terbungkuk-bungkuk. Setelah tanya
tanyakan kenapa ia laki-laki, rupanya ia suka membunuh dan dukun
santet,’’ cerita Iin.
Terus lanjut Azlina, ada pula
ustad yang dihantam dengan benda panas dan lahar panas, rupanya ustad
itu sudah berzina dengan isteri orang. Ada pula yang ditusuk dengna
pisau hingga tembus sebanyak 80 kali. Orang itu suka membunuh tapi tak
pernah merasa bersalah.
‘’Bermacam-macam penyiksaan saya
saksikan.Saya kemudian dibawa lagi membawa malam yang sangat gelap.
Saking gelapnya saya tak kenal dengan malaikat yang membawa saya dan
amal jariyah yang menemani saya. Ketika saya melangkah dua langkah saya
dengar orang berzikir. Dan tiba-tiba saja dileher saya sudah tergantung
sebentuk rantai yang setelah saya pegang ternyata tasbih sebanyak 99
butir. Ketika saya tanyakan kepada amal jariyah saya, dikatakan jika
Allah menyuruh saya berzikir selama dalam perjalanan dengan tasbih
itu,’’ tambahnya.
Di tempat gelap itu, kata Azlina
ia melangkah lagi, pada langkah ke 7 ia melihat sebuah benda berbentuk
tepak sirih yang dari celahnya memantulkan cahaya dan dibelakang benda
itu ada tulisan Arab Qusnul Qotimah. Oleh Azlina cahaya itu kemudian
diambilnya dan menyapukan ke wajahnya.
‘’Setelah 10 hari perjalanan,
saya dengar suara azan yang suaranya sangat beda dengan azan yang biasa
saya dengar, lembut sekali. Saya kemudian dibawa ke Masjid Nabawi dan
melihat makam Nabi Muhammad. Di makam Nabi itu ada pintu kecil dan saya
melihat seseorang memberi makan anak-anak fakir miskin. Tiba-tiba cahaya
yang sebelumnya diambil dari benda berbentuk tepak sirih dan disapu ke
muka saya, memantul dari tangan saya untuk kemudian menjadi cahaya yang
besar,”sebutnya.
Dari cahaya itu lanjutnya,
kemudian muncul sesosok manusia berwajah ganteng kulit kuning langsat,
”Matanya sayu pandangannya luas terbentang. Raut mukanya seperti orang
Asia, tapi wajahnya tak kelihatan dengan jelas. Setelah saya Tanya sama
amal jariyah saya, dijawab jika Qusnul Qotimah menerangi makam Nabi.
Saya dikatakan mendapat hidayah dan safaat dari Allah,’’ urai Azlina
lagi.
Dari tempat itu, sambung Azlina
lagi, ia dibawa lagi ke suatu tempat, dimana ia melihat jutaan manusia
menangis disiksa dan minta kiamat dipercepat. Meskipun antara ia berdiri
dengan orang-orang yang disiksa itu hanya berjarak 5 meter, namun ia
tak dapat menolong. Selama dalam perjalanan itu pula ia dapat menghafal
Alquran sebanyak 30 juz dan Katam sebanyak 3 kali, membaca Yassin 1.000
kali dan membaca Shalawat untuk 1.000 nabi.
‘’Rasanya perjalanan yang saya
lalui dari sepanjang Arab Saudi atau seperti dari Sabang ke Merauke,’’
ujar Azlina yang mengaku ketika ia belum sakit juga pernah melihat
cahaya saat melakukan salat tahajud dan cahaya itu juga disapukannya ke
mukanya seperti yang dilakukan ketika ia dibawa berjalan.
Banyak Perbedaan
Banyak
perbedaan yang terjadi pada diri Azlina alias Iin setelah dan sebelum
ia mati suri. Perbedaan tingkah laku itu sangat dirasakan, terutama bagi
keluarga terdekat yang tahu persis akan keseharian Iin.
Seperti dikatakan pamannya
Rustam Effensi SAg, sebelum ini sosok Iin adalah pribadi yang pendiam
dan suka grogi jika berjumpa banyak orang. Soal ibadah, ia juga
biasa-biasa saja. Hanya saja ia rajin salat tahajud dan membaca Alquran.
Tapi bukan hafal Alquran.
Tapi setelah kejadian ini,
seperti juga yang Riau Pos saksikan sendiri, ia bercerita penuh percaya
diri. Ceritanya juga tak terkesan dibuat-buat. Bahkan selama beberapa
jam siaran langsung di SJTV bicaranya sangat lancar berdakwah. Padahal
sebelumnya, ia tak terlalu paham apa-apa yang diuraikannya kemarin itu.
Ia berdakwah seperti lazimnya ustadzah.
‘’Selama ini ia bukanlah hafal
Alquran. Tapi sekarang ia hafal Alquran. Percaya dirinya juga sangat
tinggi, dan tidak malu-malu seperti sebelumnya. Kulitnya juga berbeda
dari sebelumnya,’’ ungkap Rustam sembari mengatakan jika sebelumnya
kulit Azlina sedikit gelap. Namun yang dilihat sekarang, putih bersih
bercahaya.
Terlepas percaya atau
tidak akan kejadian seperti yang diceritakan Azlina dan keluarganya itu,
namun jika kita berhadapan langsung dengan Azlina, dan mendengar
ceritnya, kita pun jadi merinding. (Sumber: ikikatta)