Misi "Terselubung" Dibalik Fenomena K-Lovers?

MESKI acara sudah lewat, kehadiran grup boyband asal korea Super Junior ke Indonesia baru-baru ini, merupakan hari-hari yang menyedihkan.

Bagaimana tidak, demi mendapatkan tiket yang harganya selangit itu, ada banyak merengek kepada orangtua mereka hingga ada yang rela tidak diberi uang saku selama tujuh bulan demi mendapatkan uang untuk membeli tiket konser. Bahkan ada yang rela menjual barang pribadinya untuk mengumpulkan uang agar bisa mendapatkan tiket konser boyband asal Korea itu. Parahnya lagi, sebagian besar remaja putri yang histeris, menangis bahkan pingsan saat berebutann tiket konser Suju (Super Junior), beragama Islam. Hal itu dapat dilihat pada cuplikan berita-berita (baik di online atau media elektronik).

Fenomena remaja seperti ini, hanyalah sebahagian kecil dari dampak kefanatikan mereka terhadap segala sesuatu yang berbau Korea. Baik itu musik, film, sampai cara berpakaian yang biasa disebut K-Lovers (Korean Lovers) dan K-Wave.

Beberapa waktu lalu, saya tanpa sengaja melihat dialog pada sebuah drama Korea yang sedang populer di Indonesia, dalam film yang berjudul “Dream High” itu terdapat adegan saat sang ayah dari si pemeran utama, yang melarangnya untuk masuk ke sekolah musik dengan kasar. Kemudian si anak berkata kepada ayahnya, “Ayah, ingat mathius 58:5, (dilarang menggunakan kekerasan).”

Dialog antara ayah dan anaknya itu, selain mempromosikan Bible, juga seolah-olah menunjukkan bahwa Kristen itu merupakan agama yang mengajarkan kasih sayang.
Jika melihat perkembangan Kristen di Korea Selatan, akhir-akhir ini memang sangat pesat. Bahkan sedikit lagi menjadi agama mayoritas. Itu terbukti pada gereja di Korea yang memiliki jemaat terbesar di dunia. Dalam kurun waktu 50 tahun, gereja yang bernama Yoido Full Gospel ini, berkembang dengan pesatnya. Gereja yang pada awalnya hanya merupakan pertemuan yang dihadiri oleh lima orang saja di kediaman seorang pastor di Korea Selatan, kini memiliki anggota lebih dari 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu) orang.

Artinya, gereja yang terletak di Korea selatan ini,memiliki anggota lebih dari seluruh anggota perkumpulan keagamaan di Eropa.

Berawal dari informasi itu, saya mencoba mencari fakta yang lain dan menemuka sebuah pernyataan disebuah blog yang mengupdate informasi tentang K-Lovers yang bernama K-Pop Lovers.blogspot.com yang menampilkan grup girlband asal korea SNSD. Yang berbunyi, “Did you know, people in power have been using religion for centuries, as a means of controlling the beliefs and actions of the people they wish to rule over. How would you feel if you discovered that this is the primary reason your religion currently exists ?” (Tahukah kamu, orang yang berkuasa telah menggunakan agama selama berabad-abad sebagai satu cara untuk membatasi keyakinan dan tindakan orang-orang yang ingin memerintah bagaimana perasaan Anda jika Anda menemukan ini adalah alasan utama agamamu saat ini ada)

Nah, mungkin saja fenomena K-Lovers merupakan alat untuk ekspansi Kristen keseluruh dunia termasuk Indonesia, mengingat demam K-Lovers tidak hanya melanda Indonesia, tapi juga seluruh dunia.

Ingatkah, Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 120, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang hingga kamu mangikuti agama mereka. Katakanlah sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar) dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang padamu, maka Allah tidak lagi menjadi penolong dan pelindung bagimu.”

Terakhir, “kristenisasi”, bukanlah hal asing bagi kita, khususnya umat Islam. Kristenisasi di Indonesia dan di dunia Internasional, sebagian besar yang menjadi korban adalah umat Islam. Hanya saja, seiring perubahan zaman, jenis dan bentuknya makin kreatif dan makin terselubung.

Menurut kristolog Abu Deedad Shihab, kaum misionaris perlu menempuh berbagai macam cara karena selama ini meresa gagal. Kini, kristenisasi diprioritaskan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya, baru kemudian memurtadkannya. Hal ini terbukti saat kedatangan para bintang Korea ke Indonesia yang membuat sebagian besar remaja kita tergila-gila bahkan lebih memilih mengorbankan uang saku mereka selama tujuh bulan hanya untuk membeli tiket konser.

Maka, di sinilah tugas kita sebagai muslim, yang sadar akan hal itu terutama dari kalangan mahasiswa yang merupakan kaum intelektual harapan masyarakat.



✿Muslimah Bertanya Ustadzah Menjawab✿