Profil Kader Siyasi Kampus

Bagaimana profil kader siyasi yang ideal ?

Karakter kader dakwah siyasi memang akan cukup berbeda dengan kader di wilayah lain, atau bisa jadi memang setiap ranah dakwah akan memiliki kebutuhan kapasitas dan karakter yang berbeda. Perbedaan ini adalah konsekuensi logis dari perbedaan tantangan dan kesempatan yang terdapat di masing-masing ranah dakwah.

Karakter sangat menentukan keberhasilan dari dakwah, karena pada akhirnya keberhasilan dakwah adalah keberhasilan dari para kader dakwah merekayasa dakwah di ranah masing-masing. Karakter kader siyasi memang cukup unik, unik dalam konteks ini adalah kader siyasi dituntut dapat membaur dan dipercaya oleh mahasiswa yang heterogen dengan berbagai perbedaan budaya, sosial, ekonomi dan pandangan politik. Bila kader siyasi tidak dapat membuktikan dirinya adalah seorang yang memiliki kapasitas dan dapat mempengaruhi orang banyak, maka akan berdampak pada tidak optimalnya gerakan dakwah yang akan dibangun. Pada bagian ini, kita akan mengupas secara cerdas, karakter apa yang sekiranya dibutuhkan untuk menunjang gerak dakwah kader di ranah siyasi.

Pemahaman Akan Fiqh Siyasah

Sebagai bagian awal yang perlu dipahami oleh kader siyasi adalah pemahaman akan dakwah siyasi itu sendiri. Pemahaman ini tentu harus dimulai dari pemahaman akan fiqh atau syariat yang berlaku dalam dakwah siyasi. Arti dari fiqh siyasah pemahaman yang mendalam terhadap urusan-urusan ummat baik internal maupun eksternal, pengurusan dan penjagaan urusan-urusan ini dalam visi dan petunjuk hukum syara’. Tujuan dari pemahaman ini adalah agar para kader dakwah dapat menjalankan roda kepemimpinan dan pergerakan dakwah siyasi sesuai dengan koridor dan mimpi besar peradaban Islam.

Memahami fiqh siyasi dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, yakni membaca referensi dari buku para ulama kontemporer, merefleksikan kembali kebijakan serta pergolakan politik yang terjadi di zaman Rasul dan Sahabat, serta melalukan diskusi mendalam dengan para ulama atau politisi yang masih berlandaskan fiqh siyasah dalam berpolitik.

Bila kita membaca buku-buku dari para ulama besar atau tokoh pergerakan Islam di dunia maupun Indonesia, maka kita akan sangat banyak menemukan berbagai strategi, siasat, serta rencana yang sangat handal dari mereka. Lebih dari itu, kita bisa memahami apa yang ada di benak para orang-orang besar ini dalam memikirkan dakwah Islam, mensinergikan antara dakwah dan politik, bersikap sebagai seorang penuh keteladanan dan dipercaya oleh banyak pihak. Beberapa tokoh nasional seperti M Natsir, Wali Songo, HOS Tjokroaminoto dapat kita coba dalami agar mendapat perspektif bagaimana dakwah di masa pra kemerdekaan dan awal kemerdakaan dan bagaimana mereka berjuang untuk memastikan keberadaan Islam dalam konstelasi sosial-ekonomi-politik di Indonesia.

Selain pemikir dan penggerak di Indonesia, kita juga bisa mendalami pergerakan politik yang dilakukan Hasan Al Banna atau Ayatulloh Khomeini. Apa yang telah mereka kembangkan di pergerakannya masing-masing telah berbuah pada banyak sekali perubahan di dunia ini. Kita bisa juga membandingkan keadaan yang terjadi di negara kita dengan apa yang terjadi di negara lain sebagai best practice yang dapat kita adaptasikan di kampus masing-masing. Ingat, bahwa fiqh siyasi akan sangat bergantung pada situasi dan lokasi, sehingga akan sangat bijak bila kita bisa melihat dari berbagai perspektif yang ada.

Pergerakan siyasi di zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin juga sangat menarik untuk didalami, bagaimana Rasul melakukan diplomasi, kenapa Perjanjian Hudaibiyah di sepakati, bagaimana Kota Mekkah bisa dikuasai dengan strategi yang sangat indah, atau tentang bagaimana ekspansi yang Islam lakukan hingga pada akhirnya mampu menguasai 2/3 daratan Asia-Eropa-Afrika. Semua itu dilakukan dengan berbagai strategi dan siasat yang sangat handal.

Dengan memahami fiqh siyasi dan kisah-kisah yang pernah terjadi di masa silam, seorang kader dakwah diharapkan nantinya mampu memiliki kapasitas pemahaman yang mendalam mengenai dakwah siyasi. Pemahaman ini akan menanamkan nilai-nilai yang akan di perjuangkan dalam dakwah siyasi di kampus.

Keteladanan Sosial

Salah satu profil yang perlu di miliki oleh seorang kader siyasi adalah keteladanan sosial. Keteladanan ini dapat diartikan juga sebagai pengaruh yang ia dapat tebar atas kapasitas dirinya. Seorang yang memiliki keteladanan sosial akan semakin efektif bila menjadi seorang pemimpin. Kita mencoba menyiapkan kader siyasi kedepan, bukan hanya dengan pemahaman akan fiqh saja, atau hal yang berkaitan dengan kapasitas ruhiyah, melainkan juga seorang kader yang dapat memberikan pengaruh besar kepada sekelilingnya.



Keteladanan sosial ini sangat berkaitan dengan kemampuan dirinya untuk menjadi seorang teladan ekstrem (keteladanan di segala aspek) yang nantinya mampu memberikan pengaruh bagi rekan-rekannya. Dengan keteladanan dan pengaruh sosial, seorang kader nantinya diharapkan mampu menyebarkan narasi, gagasan serta ide mereka ke rekan-rekan sesama mahasiswa dengan cara yang tidak memaksa.



Politik elegan, istilah ini sangat cocok untuk diterapkan oleh para aktivis dakwah. Kita harus menunjukkan bahwa “perperangan” politik yang kita bangun bukan dengan cara kotor, mengotori atau bahkan destruktif. Kita perlu menunjukkan kepada masyarakat luas, bahwa Politik dalam Islam sungguh sangat indah dan beretika. Hal inilah yang perlu dipahami dan dikembangkan oleh para kader dakwah di siyasi. Permainan politik yang bersih, dan elegan akan melahirkan keteladanan sosial yang efektif pula. Saat itulah kita sebagai kader dakwah dapat menyebarkan nilai Islam dengan baik di lingkungan kampus.

Kapasitas Intrapersonal

Menjadi pribadi yang rendah hati, ramah dan terbuka. Tiga kata ini dapat mewakili kebutuhan intrapersonal kader dakwah siyasi di kampus. Selama ini –sejauh pengamatan saya-, cukup banyak kader dakwah siyasi yang tampak “sangar” dan “arogan”. Mungkin pribadi seperti itu tidak salah, tetapi alangkah baiknya bila tidak semuanya seperti itu. Perlu juga ada kader siyasi yang bisa diterima oleh semua kalangan dan dari berbagai latar belakang dan gaya hidup.

Perkembangan pola hidup mahasiswa yang semakin variatif dan cenderung meningkat secara kelas ekonomi membuat kader dakwah tidak bisa tampil apa adanya dan tanpa mempertimbangkan permintaan “pasar”. Permintaan “pasar” yang dimaksud adalah trend atau perspektif mahasiswa pada umumnya terhadap aktivis mahasiswa itu sendiri. Mereka membutuhkan profil aktivis yang ramah, terbuka dan mau mendengarkan serta kerjasama dengan semua pihak. Tidak bisa lagi konsep “hanya satu golongan” atau “kehendak golongan saya harus dipenuhi”, dan bukan zamannya lagi kita menilai rendah kelompok lain.

Ini momennya kolaborasi dan kerjasama, momen dimana pribadi yang mampu diterima oleh banyak pihak menjadi ujung tombak dakwah. Saya bukan mengajak untuk menjadi kader dakwah yang “lembek”, tetapi saya menekankan poinnya adalah menjadi pribadi yang diterima oleh semua kalangan. Dalam menyampaikan gagasan kita perlu rendah hati, tidak perlu dengan kesombongan atau intonasi tinggi, cukup perkuat dengan data dan fakta pendukung agar gagasan kita bernilai dan dapat mempengaruhi. Bila bertemu dan menyapa sesama mahasiswa, berikan senyuman dan sapaan terbaik. Buang segala perspektif yang dapat merusak hubungan antar pribadi. Serta dalam menerima masukan,aspirasi, dan kesempatan kerjasama dengan terbuka.

Kapasitas intrapersonal yang baik akan memudahkan seorang kader juga untuk membuka dan mengembangkan jaringan ke berbagai jejaring yanga ada. Kapasitas sosial ini adalah modal yang sangat strategis yang perlu di miliki oleh kader dakwah. Kelihaian, kegesitan, dan kepiawaian yang mereka miliki akan membuat para kader siyasi ini mampu mengkapitalisasi jejaring mereka di dalam maupun di luar kampus.

Dinamis dan Mampu Membaca Situasi

Mampu membaca situasi yang berkembang serta dinamis menghadapi fluktuasi gerakan yang sangat cepat dan menuntut keputusan yang cepat dan tepat. Insting Siyasi, mungkin ini adalah semacam kedewasaan yang tertumbuh dari kematangan pengalaman berkiprah di wilayah ini. Seorang kader siyasi dituntut untuk mampu tegas dalam bersikap maupun diamnya, ia juga dituntut untuk mampu mengambil keputusan yang strategis dalam tekanan dan waktu yang terbatas.

Dalam aplikasi fiqh siyasi pun kedinamisan ini sangat mungkin terjadi, dimana seorang kader dakwah akan menghadapi situasi dimana pemahaman dia akan fiqh siyasi akan diuji. Kader siyasi akan menghadapi berbagi variasi permasalahan dalam dakwahnya, seperti konflik internal kampus, negosiasi dengan rektorat, menghadapi media massa, hingga ekskalasi gerakan mahasiswa. Kesemua itu perlu dipahami agar nantinya ia dapat menjalankan tanggung jawab yang diberikan dengan baik.

Membaca situasi artinya juga dituntut untuk memiliki ilmu atau pemahaman akan sesuatu dengan lebih baik dan komprehensif. Kader siyasi diharapkan memahami mengenai berbagai hal terkait siyasi kampus, dari pemahaman isu internal kampus seperti beasiswa, kaderisasi mahasiswa, aktualisasi mahasiswa, akademik dan juga eksternal kampus seperti jaringan tokoh dan pengusaha, gerakan mahasiswa, kondisi  politik dan sosial kemasyarakatan. Pemahaman yang baik tentang kesemua isu ini akan mendorong kader siyasi untuk dapat lebih unggul ketimbang aktvis mahasiswa dari latar belakang lainnya.