Pakar sejarah Islam dan hubungan Islam-Nasrani dari Georgetown
University, Yvonne Haddad, mengatakan peluang Islam menjadi agama
masyarakat Amerika Serikat (AS) sangat terbuka. “Kelak Islam akan
menjadi agama masyarakat AS," ujar Haddad, saat berdiskusi bersama
mahasiswa Princeton University, seperti dikutip New Jersey.com, Jumat
(25/2).
Hadad optimistis Muslim akan
menjadi bagian dari masyarakat AS. Menurut dia, tanda-tanda itu sudah
terlihat jelas ketika masyarakat AS mulai menerima eksistensi umat
Islam. Dia pun melihat titik balik penerimaan Islam di AS tidak terlepas
dari tragedi 11 September 2001. Menurut dia, titik balik itu yang
mempersatukan umat Islam dengan AS.
Haded menjelaskan, setelah
tragedi 11 September, masjid dari berbagai negara bagian di AS mulai
memprioritaskan pemberian pengetahuan tentang Muslim kepada remaja AS.
Langkah itu dilakukan guna memperjelas identitas mereka sebagai Muslim
dan warga negara AS. Lebih lanjut Haded mengatakan melalui kebijakan itu
pula terjalin komunikasi lintas kepercayaan. "Kami melihat dialog
memiliki posisi yang sangat penting," ungkap dia.
Menurut dia, dimasa lalu, umat
Islam melihat masyarakat AS masih dilanda trauma berat hingga jalinan
dialog tidak berjalan. Setelah itu, dengan berdirinya sejumlah Islamic
Center atau masjid, Muslim AS mempunyai cara istimewa untuk merangkul
masyarakat AS dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
datang dan melihat secara langsung Islam dengan lebih dekat.
Ke depan, Hadad meramalkan
integrasinya umat Islam dengan AS akan berlangsung mulus ketika lahirnya
generas-generasi baru. Melalui generasi baru itu, umat Islam AS akan
memperlihatkan eksistensinya sebagai bagian dari bangsa AS melalui
rangkaian partisipasi dan pandangan dalam dialog AS secara luas.
"Kalau digambarkan saat itu, AS
telah menjadi contoh pluralisme dimana Islam akan menjadi bagian dari
pihak yang memperjuangkan pluralism. Dalam Quran dikatakan Tuhan
menciptakan perbedaan dalam masyarakat. Perbedaan itu merupakan ensensi
dari ajaran Islam,"tambahnya.
Sumber: Republika