SEKILAS
TENTANG SEJARAH ISLAM DI MASA SILAM
The
History of The Qur'anic Text
1. Arab Pra-Islam
i. Kondisi Geo-Politik
Arab. Letaknya yang dekat
persimpangan ketiga benua, semenanjung Arab menjadi dunia yang paling mudah
dikenal di alam ini. Dibatasi oleh Laut Merah ke sebelah barat, Teluk Persia ke
sebelah Timur, Lautan India ke sebelah selatan, Suriah dan Mesopotamia ke
utara, dahulu merupakan tanah yang gersang tumbuh-tumbuhan di Pegunungan
Sarawat yang melintasi garis pantai sebelah barat. Meski tidak banyak perairan,
beberapa sumbernya terdapat di bawah tanah yang membuat ketenangan dan sejak
dulu berfungsi sebagai urat nadi permukiman manusia dan kafilah-kafilah.
Semenanjung Arabia dihuni sejak
hari-hari pertama dalam catatan sejarah. Sebenarnya penduduk teluk Persia telah
membangun negara perkotaan, city-state, sebelum abad ketiga S.M.1
Para ilmuwan menganggap wilayah tersebut sebagai tempat kelahiran suku bangsa
Semit, meski sebenarnya tak ada kata mufakat di antara mereka. Istilah Semit
mencakup: Babilonia (pendapat Von Kremer, Guide, dan Hommel);2
semenanjung Arabia (Sprenger, Sayce, De Goeje, Brockelmann, dan lain-lain);3
Afrika (Noldeke dan lain-lain);4
Amuru (A.T. Clay);5
Armenia (John Peaters);6
bagian sebelah selatan semenanjung of Arabia (John Philby);7
dan Eropa (Ungnand).8
Phillip
Hitti, dalam karyanya yang berjudul, Sejarah Bangsa Arab, menyebut,
"Kendati
istilah semi tmuncul belakangan di kalangan masyarakat Eropa, hal tersebut
biasanya dialamatkan pada orang-orang Yahudi karena yang terkonsentrasi di
Amerika. Sebenarnya lebih tepat ditujukan pada penduduk bangsa Arab yang, lebih
dari kelompok manusia lain, telah mendapat ciri bangsa Semit secara fisik,
kehidupan, adat istiadat, cara berpikir dan bahasa. Orang-orang Arab masih
tetap sama sepanjang pencatatan sejarah."9
Hampir semua hipotesis asal-usul
kesukuan lahir dari kajian di bidang bahasa mengambil sumber informasi dari
Kitab Perjanjian Lama,10 yang
kebanyakan tidak bersifat ilmiah serta didukung oleh bukti sejarah yang akurat.
Misalnya, Kitab Perjanjian Lama memasukkan bangsa lain yang pada hakikatnya
bukan bangsa Semit seperti Alamite dan Ludim, di waktu yang sama tidak
mengikutsertakan beberapa bangsa Semit lain seperti Funisia dan Kanaan.11 Melihat
pendapat yang beragam, saya lebih cenderung menerima bahwa kaum Semit muncul
dari kalangan bangsa Arab. Menjawab pertanyaan siapa sebenarnya bangsa Semit
dan siapa yang bukan, Bangsa Arab dan Israel memiliki keturunan asal usul
serumpun melalui Nabi Ibrahim.12
ii. Nabi Ibrahim dan
Kota Mekah
Dalam waktu yang ditetapkan dalam
sejarah, Allah memberi karunia kepada Nabi Ibrahim seorang putra, Isma'il, pada
usia lanjut. Ibunya, Siti Hajar, seorang hamba yang dihadiahkan Pharos kepada
Sarah. Kelahiran Isma'il membuat Sarah cemburu luar biasa di mana ia meminta
agar Ibrahim memutus hubungan persaudaraan wanita tersebut dengan putranya.13 Melihat
adanya perselisihan dalam keluarga, ia membawa Siti Hajar dan Isma'il ke tanah
Mekah yang tandus, lembah yang amat panas dan tak berpenduduk, serta kekurangan
makanan dan minuman. Saat mulai tinggal, Siti Hajar melempar pandangan pada
tanah kosong yang ada di sekelilingnya dengan perasaan tak menentu disertai
pertanyaan kepada Ibrahim apakah ia telah meninggalkan mereka. la tak menjawab.
Lalu ia bertanya adakah ini perintah Allah? Ibrahim lalu mengiyakan. Mendengar
jawaban itu ia berkata, "Jika demikian halnya, Tuhan tak akan membuat kita
sia-sia." Pada akhirnya, air Zamzam menyembur dari dalam tanah gersang
membasahi kaki si kecil, Isma'il. Mata air itulah yang membuat tempat itu
sebagai permukiman yang dihuni pertama kali oleh kabilah Jurhum.14
Beberapa tahun kemudian Nabi Ibrahim, saat mengunjungi
putranya, memberi tahu tentang sebuah pandangan pemikiran:
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata, 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka Pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang dipertanyakan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orangorang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan saya panggilah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu,' sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benarbenar sesuatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."15 |
Nabi Ibrahim dan Isma'il menerima
perintah ketuhanan guna membangun tempat suci pertama di muka bumi sebagai
tempat menyembah Allah,
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."16 |
Bakkah sebuah
ungkapan kata lain dari kota Mekah, dari atas batu itulah ayah dan putranya
memusatkan perhatian pada pembangunan Ka'bah yang suci dengan sikap
ketakwaan seorang yang telah menghadapi cobaan yang sangat berat dan mampu
menghadapinya karena `inayah Allah. Setelah menyelesaikan bangunan itu, Nabi
Ibrahim lalu berdoa,
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. "17 |
Tidak lama kemudian doa yang
disemburkan mulai membuahkan hasil dan Mekah tidak lagi terpencil; kehidupan
semakin berkembang dengan adanya tempat suci Allah, air zamzam, dan penduduknya
mulai menuai kesuburan. Kemudian menjadi pusat lintas perdagangan ke Suriah,
Yaman, Ta'if, dan Najd,18
dan penyebab utama di mana dari masa ke masa, para kaisar dari Aellius Gallus
hingga Nero ingin menyebarkan pengaruh di persinggahan penting kota Mekah
dengan mencurahkan segala upaya guna mencapai tujuan tersebut.19
Tampaknya terdapat pula gerakan
kependudukan lain di semenanjung Arab. Perlu dicatat, di sana terdapat para
pengungsi bangsa Yahudi, beberapa abad kemudian, memperkenalkan agamanya pada
masa pengasingan orangorang Babilonia. Mereka kemudian menetap di Yathrib
(Madinah sekarang), Khaebar, Taima', dan Fadak pada tahun 587 sebelum masehi
dan tahun 70 Masehi.20
Suku bangsa Nomad terus mengalami perubahan. Suku bangsa Tha 'liba dari
keturunan Qahtan juga tinggal di Madinah. Di antara anak cucu keturunan mereka
adalah kabilah Aws dan Khazraj, yang kemudian ke duanya lebih dikenal sebagai
kaum al-Ansar'21
(pendukung utama Nabi Muhammad). banu Harithah, yang kemudian dikenal sebagai
banu Khuza'a, tinggal di Hejaz menggantikan penduduk sebelumnya, banu Jurhum,22
yang kemudian menjadi pemelihara Baitullah atau Ka'bah di Mekah. Merekalah yang
harus memikul tanggung jawab karena melahirkan sistem keberhalaan.23
Bani Lakham, kabilah lain dari Qahtan, menetap di Hira (Kufa,
sekarang Irak) di mana mereka mendirikan sebuah negara kecil sebagai penahan
antara Jazirah Arabia dan Persia (200-602 masehi).24
Bani Ghassan menetap di Suriah sebelah bawah dan mendirikan kerajaan Ghassan,
sebuah negeri penahan antara Byzantin dan Arab, yang berakhir hingga tahun 614
masehi.25
Bani Tay menduduki daerah pegunungan Tayy sedang ban! Kinda menetap di pusat
Arab.26
Gambaran secara umum dari semua kabilah tersebut merupakan
jalur keturunan Nabi Ibrahim melalui Nabi Isma'il.27
Bab ini tidak dimaksudkan hendak
memberi gambaran tentang kota Mekah sebelum Islam, sekadar pendahuluan akan
adanya hubungan nenek moyang anggota keluarga Nabi Muhammad. Untuk
mempersingkat, saya akan mengungkap dan melacak kelahiran Qusayy, para kakek
Nabi Muhammad.
iii. Qusayy Sebagai
Penguasa Kota Mekah
Ratusan tahun sebelum kelahiran Nabi
Muhammad Qusayy. dikenal sebagai orang yang amat
cerdas, perkasa serta memiliki kemampuan administrasi yang tinggi dan mencuat
dalam jajaran pentas politik kota Mekah. Mengambil faedah dari kepentingan
Byzantin di Mekah waktu itu, la minta pertolongan mereka dalam menguasai kota
Mekah dengan mengesampingkan pengaruh Byzantin dengan tidak menghiraukan
kepentingan wilayah mereka.28
Qusayy menikahi Hubba bint Hulail,
putri kepala Suku Khuza'i di Mekah; kematiannya memberi peluang menaiki tahta
kekuasaan dan menyerahkan pemeliharaan kota Mekah pada anak cucu keturunannya.30 Kabilah
Quraish terpencar ke seluruh wilayah yang pada akhirnya semua memasuki kota
Mekah dan menyatu di bawah komando kepemimpinannya.31
iv. Mekah: Sebuah
Masyarakat Kabilah
Meski disebut sebagai kota negara,
city-state, Mekah tetap merupakan masyarakat kesukuan hingga akhir
penaklukannya pada masa Nabi Muhammad. Sistem kependudukan masyarakat dibangun
menurut kabilah dimana anak-anak dari satu suku dianggap saudara yang memiliki
pertalian hubungan darah. Seorang Arab tidak akan dapat memahami pemikiran
negara kebangsaan melainkan dalam konteks sistem kesukuan (kabilah),
"Adalah hubungan negara kebangsaan yang mengikat keluarga
ke dalam kesukuan,sebuah negara yang didasarkan pada hubungan darah daging
seperti halnya negara kebangsaan yang dibangun di atas garis keturunan. Adalah
hubungan kekeluargaan yang mengikat semua individu ke dalam negara dan
kesatuan. Hal ini dianggap sebagai agama kebangsaan dan hukum
perundangan-undangan yang telah mereka sepakati."32
Setiap anggota merupakan asset
seluruh kabilah di mana munculnya seorang penyair kenamaan misalnya, ahli
perang pemberani, orang terkenal dalam kebaikan dalam satu kabilah, akan
membuat kehormatan dan nama baik seluruh garis keturunannya. Di antara tugas
utama tiap pendukung kesukuan adalah mempertahankan bukan saja terhadap
anggotanya melainkan setiap mereka yang secara sementara seperti tamu-tamu yang
hadir di bawah bendera kabilah. Memberi proteksi pada mereka merupakan suatu
kehormatan yang dicapai. Oleh karena itu, kota Mekah sebagai kota kenegaraan
selalu siap menyambut setiap pendatang menghadiri perayaan, melakukan ibadah
haji,33
atau pun sekadar lewat dengan rombongan berunta. Memberi pelayanan permintaan
ini memerlukan keamanan dan fasilitas yang memadai, dan, oleh karena itu
institusi kemudian dibangun di kota Mekah (di mana beberapa di antaranya oleh
Qusayy sendiri):34
seperti Nadwa (lembaga perkotaan), Mashura (dewan nasihat), Qiyada (kepemimpinan),
Sadana (adminstrasi kota suci), Hijaba (pemeliharaan Ka'bah), Siqaya
(pengadaan air minum buat para jemaah haji), Imaratul-bait (pemeliharaan
kesucian Ka'bah), Ifa`da (mereka yang berhak memberi izin pada orang
pertama yang melangkah dalam acara perayaan), Ijaza, Nasi (institutsi
penyesuaian kelender), Qubba (membuat tenda mengumpulkan sumbangan bagi
mengatasi keadaan darurat, A'inna (pemegang kendali kuda), Rafada (pajak
untuk membantu para jemaah haji yang miskin), Amwal muhajjara (sedekah
untuk kesucian), Aysar, Ashnaq (pembuat perkiraan pertanggungan jawab
keuangan) Hukuma (pemerintahan), Sifarah (kedutaan), `Uqab (penentuan
standar), Liwa (panji) dan Hulwan-unnafr (mobilisasi kesejahteraan).
Tugas berat ini menjadi tanggung
jawab anak cucu keturunan Qusayy. Keturunan 'Abdul-Dar misalnya mengambil alih
tugas pemeliharaan Ka'bah, balai kelembagaan, dan hak-hak mengangkat panji pada
semua staf pada saat peperangan.35
'Abd-Manaf mengatur hubungan luar negeri dengan penguasa Romawi, dan pangeran
Ghassan. Hashim (putra lelaki 'Abd-Manaf) mengadakan perjanjian dan dikatakan
telah menerima perintah dari kaisar memberi kekuasaan pada orang Quraish untuk
melakukan perjalanan melalui Suriah dalam keadaan aman."36
Hashim dan kelompoknya tetap mempertahankan tugasnya sebagai kepala pengaturan
makanan dan minuman untuk para jamaah haji. Kekayaannya telah memberi peluang
melayani para jamaah haji dengan kebesaran seorang pangeran.37
Sewaktu melakukan misi perdagangan
ke Madinah, Hashim terpikat oleh seorang wanita bangsawan suku Khazarite, Salma
bint 'Amr. la menikah dan kembali bersamanya ke Mekah, namun saat dalam keadaan
hamil ia memilih kembali ke Madinah dan melahirkan seorang putra, bernama
Shaiba di sana. Hashim meninggal di Gaza pada saat melakukan misi perdagangan,38
dan memberi kepercayaan pada saudaranya, Muttalib, guna memelihara putranya39
yang saat itu, masih bersama sang ibu. Saat melakukan perjalanan ke Madinah,
Muttalib berselisih paham dengan janda Hashim tentang penjagaan pemuda Shaiba,
yang pada akhirnya ia berada pada pihak yang menang. Dengan kembali bersama
paman dan keponakannya ke Mekah, orang salah pengertian dan mengira anak lelaki
itu sebagai hamba Muttalib. Oleh sebab itu, nama julukan Shaiba menjadi
'Abdul-Muttalib.40
Setelah meninggal pamannya,
'Abdul-Muttalib, mewarisi tugas Siqaya (pengadaan air minum buat para jamaah
haji) dan Rafada (pengumpul bantuan keuangan untuk para jamaah haji
miskin).41
Setelah menemukan kembali sumur zamzam yang mata airnya terbenam dan sudah
terlupakan di bawah himpunan pasir beberapa tahun lamanya, ia memperoleh kehormatan
dan ketinggian menjadi gubernur kota Mekah. Beberapa tahun sebelumnya ia pernah
nazar bahwa jika ia diberi sepuluh orang putra, ia akan mengorbankan satu di
antara mereka demi sebuah patung berhala. Sekarang, setelah diberi
v. Masa Qusayy Hingga
Muhammad
keberkahan dengan sejumlah putra seperti dikehendaki,
'Abdul-Mutallib berupaya memenuhi janjinya dengan meminta pendapat Azlam42
agar memilih siapa di antara mereka yang hendak dikorbankan. Nama anak termuda
(yang paling digemari), 'Abdullah, ternyata itu yang muncul. Pengorbanan kemunisaan
dianggap suatu yang tidak disenangi di kalangan orang Quraish, maka ia
mengontak juru sihir yang, menurut ramalan, 'Abdullah akan ditukar dengan
seekor unta. Azlam kembali dihubungi, dan nilai nyawa anak muda itu ditaksir
dengan harga seratus unta.
Karena luapan kegembiraan melihat
peristiwa tersebut 'Abdul-Muttalib membawa putranya, 'Abdullah, ke Madinah
untuk mengunjungi beberapa kerabatnya. Di sanalah `Abdullah mengawini Amina,
sepupu perempuan Wuhaib yang merupakan tuan rumah dan memiliki asal usul keturunan
kabilah (saudara laki-laki Qusayy mendirikan kabilah bani Zuhra dari suku
Wuhaib). 'Abdullah menikmati kedamaian dalam keluarga beberapa lama sebelum
memulai misi perdagangan ke Syria. Malangnya sepanjang perjalanan jatuh sakit.
la kembali ke Madinah dan meninggal dunia di saat Amina mulai kehamilan
Muhammad.
vi. Kondisi Keagamaan
di Jazirah Arabia
Menjelang masa kenabian Muhammad,
Jazirah Arab tidak merasa akrab melihat semua bentuk reformasi keagamaan. Sejak
berabad-abad penyembahan patung berhala tetap tak terusik, baik pada masa
kehadiran permukiman kaum Yahudi maupun upaya-upaya Kristenisasi yang muncul
dari Syria dan Mesir. William Muir, dalam bukunya, The Life of Mahomet, beralasan
bahwa kehadiran kaum Yahudi atau keberadaan mereka membantu menetralisasi
tersebarnya ajaran Injil melalui dua tahap. Pertama, dengan memperkuat diri
sendiri di sebelah utara perbatasan Arab, dan untuk itu, mereka membuat
penghalang, barrier, antara ekspansi Kristen ke utara dan penghuni kaum
berhala di sebelah selatan. Kedua, para penyembah berhala bangsa Arab telah
melakukan kompromi dengan agama Yahudi dalam memasukkan cerita legendaris guna
menghabisi permintaan aneh-aneh agama Kristen.43
Saya tak dapat menerima teori pendapat ini sama sekali. Menurut pengakuan
bangsa Arab, sebenarnya, sisa-sisa keagamaan monoteistik Nabi Ibrahim dan
Isma'il yang telah diubah oleh khurafat dan kebodohan. Cerita yang
biasanya dimiliki oleh kaum Yahudi dan orang Arab umumnya merupakan hasil
keturunan nenek moyang bersama.
Ajaran Kristen abad ke-7 itu sendiri
tenggelam dalatn perubahan dan mitos palsu dan terperangkap dalam stagnasi
secara total. Dulunya Bangsa Arab yang mengikuti agama Kristen bukan disebabkan
oleh sikap persuasif melainkan akibat kekejaman kekuasaan politik.44
Tak ada kekuatan yang dapat melumpuhkan para penyembah berhala bangsa Arab di
mana kemusyrikan mencengkeram begitu kuatnya. Lima abad lamanya upaya
Kristenisasi membuahkan hasil nihil. Perpindahan terhadap agama Kristen hanya
terbatas pada ban! Harith dari Najran, bani Hanifa dari Yamama, dan beberapa
bani Tayy di Tayma'.45
Dalam masa lima abad, sejarah tidak mencatat adanya satu insiden apa pun yang
menyangkut sikap penyiksaan para misionaris Kristen. Di sini sarigat berbeda
dari nasib yang dialami oleh pengikut Muhammad sejak awal pertama di Mekah di
mana kristenisasi dipandang sebagai suatu hal yang menyusahkan dan mendapat
sikap toleran, sebaliknya Islam dianggap sebagai suatu yang membahayakan
terhadap institusi keberhalaan bangsa Arab
Mengungkap kehidupan Nabi dalam
Islam adalah pekerjaan yang cukup luas, seorang dapat menulis buku berjilid
jilid yang dapat disajikan bagi kalangan yang berminat. Tujuan dalam bagian
buku ini sedikit lain. Dalam bab-bab berikut kita akan mengupas beberapa nabi
dari kalangan Israel, termasuk Nabi Isa dan kita hendak mengungkap sikap
oposisi orang-orang Israel dan penyelewengan yang begitu cepat terhadap ajaran
ketuhanan. Di sini, dalam melihat kembali jalan yang telah ditempuh oleh
penulis lain, saya sekadar memaparkan uraian singkat guna melengkapi referensi
tentang Nabi Musa dan Nabi Isa.
i. Kelahiran Muhammad
Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya bahwa `Abdullah, ayah Muhammad, wafat saat Amina sedang hamil.
Muhammad dilahirkan dalam keadaan serbapelik. la hadir dari keluarga miskin
namun cukup terpandang di masyarakat. Beberapa saat kemudian ibunya juga
meninggal dunia dan menjadi anak yatim sejak usia enam tahun. la mulai bekerja
sebagai penggembala kambing di kota Mekah di dataran bumi yang tandus itu.47
Mengikuti jejak tradisi kehidupan orang Quraish, ia pun terjun ke dunia bisnis.
Sikap integritas dan keberhasilannya sebagai pedagang, ia berhasil meraih
simpati Khadijah seorang janda tua, cerdik, lagi kaya. Kemudian ia menikahinya.48
Muhammad amat terkenal memiliki sikap kejujuran dan integritas di seluruh kota
Mekah dalam semua masalah. Pendapat Ibn Ishaq mengatakan, "Sebelum
turunnya wahyu, orang-orang Quraish telah memberi label sebagai satu-satunya
orang tepercaya (al-amin).49
ii. Muhammad Manusia
Tepercaya
Datang masa yang amat tepat ketika
orang Quraish merasa perlu merenovasi Ka'bah. Mereka bekerja sama di
mana setiap anggota suku mengumpulkan batu-batu untuk membangun kembali
sebagian struktur ada. Ketika konstruksi itu sampai pada peletakan batu hitam (Hajar
al-aswad) perselisihan semakin memanas. Setiap sub-kesukuan ingin mendapat
kehormatan meletakkan batu hitam itu pada sudutnya sampai titik puncaknya
mereka membuat aliansi di mana bentrokan fisik semakin tak terelakan. Abu
Umayya, sesepuh di kalangan bangsa Quraish, mendesak agar orang pertama yang
memasuki pintu gerbang tempat suci ditunjuk sebagai juri dan semua dapat
menerima pendapat ini. Orang pertama yang masuk pintu gerbang tidak lain adalah
Muhammad. Ketika orang Quraish melihat, mereka berkomentar, "Kini hadir
orang kepercayaan dan kita semua senang melihat ia bertindak sebagai hakim. Di
sini Muhammad tiba." Ketika ia diberitahukan akan adanya perselisihan, ia
meminta sehelai kain. Kemudian ia mengambil batu hitam itu dan meletakkan di
atasnya dan meminta setiap kepala suku memegang bagian ujung penjuru kain dan
mengangkat bersama-sama. Semua melakukannya dan saat mereka sampai pada titik
batu hitam la (Muhammad) mengangkat dan meletakkannya dengan tangan sendiri.
Dengan penyelesaian perselisihan yang memuaskan semua pihak, konstruksi
bangunan berjalan tanpa ada gangguan yang lain.50
iii. Muhammad Utusan Allah
Dengan diberkahi sikap ideal dan
benci terhadap segala jenis pemberhalaan, Muhammad tidak pernah sujud di depan
patung erang Quraish ataupun ikut serta dalam ritual kemusyrikan. Selain ia
hanya menyembah Tuhan Yang Esa, cara berpikir yang baik, dan keadaan buta huruf
menyebabkan la tak tahu-menahu praktik keagamaan Kristen maupun Yahudi.
Kemudian sewaktu mulai menunjukkan tanda-tanda kematangan menerima tugas
kenabian, Allah mempersiapkan tugas ini secara bertahap. Pertama, ia melihat
kebenaran sebuah mimpi.51
la melihat batu memberi hormat padanya,52selain
itu pernah mendengar Malaikat Jibril namanya dari langit,53
dan ia melihat cahaya bersinar.54
'A'isha melaporkan bahwa pendahuluan
kenabian Muhammad adalah kesempurnaan impiannya: dalam masa enam bulan ia
melihat mimpi begitu akurat menjelma seperti kenyataan. Kemudian, ketika wahyu
pertama turun sewaktu menyendiri di Gua Hira', Malaikat Jibril muncul di
depannya dan berkali-kali minta agar membaca. Saat melihat sikap dan penjelasan
Muhammad bahwa ia seorang buta huruf, Jibil tetap ngotot hingga akhirnya dapat
menirukan ayat-ayat pertama dari Surah al-'Alaq;55
Inilah pertama kali diturunkannya
wahyu ( ) dan permulaan dari Kitab Al-Qur'an.
Suatu yang di luar dugaan pada usia
empat puluh, Allah memanggil Muhammad dengan risalah sederhana tetapi jelas
berupa pengakuan (‘Tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad
adalah utusan-Nya'). Dengan ini ia telah diberi mukjizat abadi yang dapat
memuaskan akal pikiran, penawan hati yang mampu menggugah kembali jiwa jiwa
yang tak berdaya yaitu berupa Kitab Suci Al-Qur'an.
iv. Abu Bakr Menerima
Islam
Abu Bakr ibn Quhafa merupakan orang
pertama di luar keluarga Nabi Muhammad. yang menerima Islam yang kemudian
diberi gelar as-Siddiq. la seorang pedagang terkemuka dan disegani yang
kemudian menjadi seorang sahabat setianya. Pada suatu hari ia bertanya pada
Muhammad, 'Adakah betul apa yang dikatakan orang Quraish tentang engkau wahai
Muhammad, bahwa mengganggu tuhan-tuhan mereka, menghina cara berpikir kita dan
tak percaya pada tata perilaku yang dilakukan bapak-bapak kita terdahulu?',
tanya Abu Bakr. Muhammad menjawab, "Saya seorang Nabi Allah dan
utusan-Nya, saya diutus untuk menyampaikan risalah-Nya. Saya memanggil ke jalan
Allah yang benar. Karena kebenaran ini aku mengajakmu mengikuti jalan Allah,
Tuhan Yang Esa yang tidak ada menyamai-Nya, agar tidak menyembah kecuali Dia,
dan memberi pertolongan pada mereka yang menaati perintah-Nya." Kemudian
ia membaca beberapa ayat-ayat Al-Qur'an yang menawan hatinya dan kemudian
menyatakan menerima agama Islam.57
Selain sebagai seorang pedagang
kenamaan, Abu Bakr punya makna tersendiri di hati orang Quraish. Dengan
inisiatif sendiri menyampaikan risalah ini, ia mulai mengajak pihak lain
mengikuti jejaknya terutama orang-orang kepercayaan yang sering berjumpa di
pusat perdagangan. Banyak di antara mereka yang mengikuti, di antaranya
az-Zubair bin al-'Awwam, 'Uthmam bin 'Affan, Talhah bin `Ubaidillah, Sa'ad bin
Abi Waqqas dan 'Abdul-Rahman bin 'Auf. Abu Bakr menjadi pembela utama Nabi
Muhammad dan memiliki keimanan yang prima dalam kondisi serbasulit sekalipun.
Dalam hal perj alanan Nabi Muhammad ke Bait al-Maqdis (Jerusalem), beberapa
pengikutnya tidak dapat menerima secara rational kejadian tersebut yang
mengakibatkan sebagian mereka murtad. Para kafir Mekah mengambil kesempatan
ini membujuk Abu Bakr membelot dari keyakinannya. Adakah ia masih percaya
bahwa Muhammad telah melakukan perjalanan di malam hari ke Jerusalem dan
kembali ke Mekah sebelum fajar? la menjawab, "Tentu saya percaya. Saya
percaya terhadap sesuatu yang lebih dianggap aneh oleh kalian, yaitu sewaktu
Muhammad memberitahukan menerima wahyu dari langit."58
v. Nabi Muhammad
Berdakwah secara Terbuka
Setelah tiga tahun lamanya berdakwah
secara rahasia, Nabi Muhammad dapat perintah Allah agar menyebarkan pesan-pesan
dakwah terang-terangan.
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik."59 |
Pada tahap awal, Nabi Muhammad
melihat keberhasilan dakwahnya karena para pembesar dan kepala suku tidak ada
di kota Mekah. Saat kembali, mereka mulai membuat perhitungan dan menyadari
akan bahaya agama baru ini. Mereka mulai melakukan penindasan terhadap
masyarakat Muslim yang baru lahir. Beberapa rakyat kecil mulai dipaksa kembali
menerima tata cara kehidupan semula sedang lainnya tetap bertahan pada
kepercayaan agama baru. Dari hari ke hari kekejaman semakin meningkat dan Nabi
Muhammad setelah lebih kurang dua tahun dalam penindasan minta mereka yang tak
tahan menghadapi ujian agar hijrah ke Habashah.60
Memasuki kejadian tahun ke lima kenabian, mereka yang menerima usulan untuk
hijrah berjumlah kurang dari dua puluh orang.61
Hijrah kedua dimulai tidak lama setelah melihat meningkatnya penindasan pihak
orang-orang kafir yang ingin mencabut akar pemikiran Islam dari lubuk hati
mereka.62
Melihat kegagalan strategi yang mereka lakukan, orang-orang kafir mulai
mengambil langkah baru.
vi. Tawaran Pihak
Quraish kepada Muhammad
Dengan masuk Islamnya Hamzah (salah
satu paman Nabi Muhammad) merupakan titik klimaks bahaya yang dirasakan oleh
pihak Quraish. 'Utba bin Rabi'a, seorang kepala suku melihat Muhammad melakukan
shalat di Masjid al-Haram sendirian dan memberitahukan kepada lain, "Saya
akan pergi menemui Muhammad mengemukakan beberapa usulan yang mudah-mudahan ia
dapat menerimanya. Kita akan tawarkan apa saja yang la mau dan kita akan
membiarkan ia dalam keadaan selamat." ‘Utba pergi menemuinya dan berkata,
"Wahai saudara sepupuku, anda adalah satu di antara kita, keturunan kabilah termulia serta memiliki asal usul keturunan yang amat terpandang. Anda hadir di tengah para pengikut dengan membawa masalah yang amat besar yang mengakibatkan pecahnya masyarakat. Engkau caci maki tatanan hidup, menghina tuhan-tuhan dan agama mereka dan anda anggap keturunan mereka sebagai kafir. Sekarang dengar apa yang hendak saya tawarkan dengan harapan anda akan dapat menerima salah satu darinya." Nabi Muhammad setuju 'Utba meneruskan ucapannya, "Wahai saudara sepupu saya, jika sekiranya anda menghendaki-dengan apa yang anda bawa-harta kekayaan, kita akan mengumpulkan seluruh kekayaan dan menganugerahkan pada anda sehingga anda terlihat sebagai orang terkaya; jika sekiranya anda menghendaki kedudukan, saya akan mengangkat engkau pemimpin saya dan tak akan ada keputusan apa pun yang hendak dibuat tanpamu; jika anda menghendaki kekuasaan, saya akan membuatmu sebagai seorang raja; dan jika yang ada padamu ternyata merupakan roh jahat, seperti yang anda lihat tetapi tak mampu menghindar, saya akan mencari pakar peruwatan dan menggunakan seluruh harta kekayaan demi penyembuhan penyakitmu. Biasanya setiap roh jahat ada saja seorang ahli penyembuhnya." Setelah mendengar penuh sabar dan perhatian, Nabi Muhammad mulai menjawab, "Sekarang dengarlah dari saya:
"Wahai saudara sepupuku, anda adalah satu di antara kita, keturunan kabilah termulia serta memiliki asal usul keturunan yang amat terpandang. Anda hadir di tengah para pengikut dengan membawa masalah yang amat besar yang mengakibatkan pecahnya masyarakat. Engkau caci maki tatanan hidup, menghina tuhan-tuhan dan agama mereka dan anda anggap keturunan mereka sebagai kafir. Sekarang dengar apa yang hendak saya tawarkan dengan harapan anda akan dapat menerima salah satu darinya." Nabi Muhammad setuju 'Utba meneruskan ucapannya, "Wahai saudara sepupu saya, jika sekiranya anda menghendaki-dengan apa yang anda bawa-harta kekayaan, kita akan mengumpulkan seluruh kekayaan dan menganugerahkan pada anda sehingga anda terlihat sebagai orang terkaya; jika sekiranya anda menghendaki kedudukan, saya akan mengangkat engkau pemimpin saya dan tak akan ada keputusan apa pun yang hendak dibuat tanpamu; jika anda menghendaki kekuasaan, saya akan membuatmu sebagai seorang raja; dan jika yang ada padamu ternyata merupakan roh jahat, seperti yang anda lihat tetapi tak mampu menghindar, saya akan mencari pakar peruwatan dan menggunakan seluruh harta kekayaan demi penyembuhan penyakitmu. Biasanya setiap roh jahat ada saja seorang ahli penyembuhnya." Setelah mendengar penuh sabar dan perhatian, Nabi Muhammad mulai menjawab, "Sekarang dengarlah dari saya:
"Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) maka mereka tidak (kamu) mendengarkan. Mereka berkata, ‘Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan di antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula).' "63 |
Nabi Muhammad meneruskan bacaan
sementara ‘Utba mendengar penuh perhatian sehingga sampai pada sepotong ayat
yang memerintahkan sujud dan ia melakukannya. Nabi Muhammad kemudian berkata,
"Anda telah mendengar apa yang telah kubacakan dan selanjutnya terserah
sikap anda."64
vii. Boikot Kaum
Quraish terhadap Muhammad dan Sukunya
Melihat kegagalan persuasi yang
dilancarkan kepada Muhammad, para dedengkot Quraish menempuh cara lain.
Mereka mendekati Abu Talib, sesepuh yang paling disegani dan sekaligus paman
dan sumber proteksi baginya. la meminta agar Muhammad berhenti mencaci tuhan
orang lain, mengutuk keturunan, dan agama nenek moyang mereka. Abu Talib diutus
menyampaikan pesan mereka. Melihat sikap pamannya yang semakin goyah dalam membelanya,
Muhammad menjawab, "Wahai pamanku, demi Allah, jika mereka meletakkan
matahari di tangan kanan dan bulan di sebelah kiri memaksa saya agar
meninggalkan tugas ini, saya akan tak akan menyerah. sehingga Allah memberi
kemenangan ataupun aku binasa karena-Nya." Mendengar ucapannya, Abu Talib
menoleh ke belakang sambil mengusap air mata. Tersentuh oleh ucapannya, ia
meyakinkan dan tidak akan mundur sedikit pun dari pembelaan. Beberapa saat
kemudian, sebagian anggota suku ban! Hashim dan al-Muttalib tidak mau
meninggalkan Muhammad dan menyerahkannya meskipun mereka sama-sama menyembah
berhala seperti lazimnya orang Quraish. Dengan kegagalan saat itu, para
pembesar Quraish mengeluarkan menyatakan pemboikotan terhadap ban! Hashim dan
al-Muttalib yang antara lain, perkawinan dan semua bentuk transaksi perdagangan
sesama orang-orang Quraish agar diputus sampai pada keperluan sehari-hari tidak
disediakan. Kekejaman yang mematikan itu berlangsung selama tiga tahun di mana
Nabi Muhammad dan seluruh pengikutnya menderita kelaparan luar biasa tanpa
makanan di tengah padang pasir tanpa tumbuh-tumbuhan.65
viii. Sumpah Setia
'Aqaba
Satu dasawarsa perj alanan dakwah, Nabi Muhammad mendapat
beberapa ratus pengikut yang sabar dan tahan menghadapi segala penindasan. Pada
masa itu pula agama ini dapat menyentuh telinga dan hati sebagian penduduk Madinah,
yang letaknya lebih kurang 450 kilometer dari utara kota Mekah. Orang-orang
Islam dari wilayah itu berkunjung ke Mekah tiap musim haji yang jumlahnya
selalu bertambah sehingga pada akhirnya bertemu dengan Nabi Muhammad secara
diam-diam di ‘Aqaba,
Gambar
2.2: Situs tempat Sumpah Setia ‘Aqaba di buat (Sebuah Masjid tua
Menghiasi tempat tersebut).
(1).
Tidak akan menyekutukan Allah; (2). Menaati Nabi
Muhammad dalam semua kebaikan; (3). Tidak akan mencuri; (4).
Menjauhi perbuatan zina; (5). Menjauhi perbuatan maksiat, dan (6). Tidak
akan mengumpat orang lain.
Tahun berikutnya dengan jumlah lebih
besar (lebih dari tujuh puluh termasuk wanita) kembali menemui Nabi Muhammad di
musim haji mengundang beliau hijrah ke Madinah. Pada malam itu mereka
mengucapkan sumpah setia yang ke dua kali dengan sedikit penambahan ungkapan
katakata;67
hendak memberi proteksi pada Nabi Muhammad seperti halnya mereka memproteksi
keluarga mereka. Dengan undangan ini kaum Muslim yang merasa tertindas dapat
menemukan jalan keluar, sebuah perjalanan di mana akan mendapat sambutan hangat
dari penduduknya.
ix. Upaya Pembunuhan Nabi Muhammad
Setelah
sanksi ekonomi yang amat kejam itu berjalan tiga tahun, sebagian masyarakat
Muslim cenderung menerima tawaran dan sebagian mulai berhijrah. Menyadari akan
gerak yang mungkin dilakukan oleh Nabi Muhammad ke utara menuju Madinah hanya
akan memperlambat konfrontasi yang tak mungkin terelakan. Demi tercapainya
tujuan, para pembesar Quraish menyadari akan waktu yang tepat untuk mengakhiri
permusuhan dengan kesepakatan menghabisi nyawa Nabi Muhammad.
Setelah
mencium upaya itu, Allah memerintahkan Muhammad agar segera bergegas hijrah ke
Madinah secara rahasia. Tak ada seorang pun yang tahu akan rencana ini kecuali
All, Abu Bakr, serta keluarganya. Nabi Muhammad minta agar 'Ali tinggal
sementara karena dua alasan. Pertama sebagai upaya diversi, Ali diminta
menginap di tempat tidur Rasulullah persis dengan cara-cara yang dil'akukan
Nabi Muhammad dengan mengenakan kain selimutnya. Hal ini dimaksudkan sebagai trick
bagi mereka yang sedang menunggu. Kedua, upaya pengembalian citra bahwa
orang-orang masih menaruh harapan pada Nabi Muhammad guna memelihara
tuhan-tuhan mereka sebagai kepercayaan sikapnya masih belum ada seorang pun
yang mampu menyaingi.68
x. Muhammad di Madinah
Menghindari
upaya pembunuhan, berkat rahmat dan izin Allah, Nabi Muhammad berhijrah
ditemani sahabat setianya, Abu Bakr, bersembunyi selama tiga hari di Gua at-Thur
yang gelap.69 Madinah
diwarnai upacara kebesaran saat beliau tiba pada bulan rabi 'al-awwal, di
mana seluruh jalan penuh dengan luapan ekspresi kegembiraan pantun dan syair.
Dengan berakhirnya segala penindasan, Nabi Muhammad tidak lama kemudian mulai
membangun sebuah masjid sederhana yang cukup luas dan mampu menampung banyak
para penuntut ilmu, tamu-tamu, dan para pelaku ibadah tiap hari dan shalat
Jumat. Jauh sebelumnya, sistem perundang-undangan telah dirancang yang mengatur
hubungan tanggung jawab kaum pendatang dari Mekah dan penduduk Madinah terhadap
orang lain, negara Islam yang baru lahir, sesama orang Yahudi, dan kedudukan
serta tanggung jawab mereka terhadap masyarakat dan negara. Ini merupakan
sistem perundang-undangan pertama yang tertulis dalam sejarah dunia:70
Madinah
terdiri dari sebagian beberapa suku orang Yahudi. Aus dan Khazraj adalah suku
terbesar di antara yang ada. Kedua suku itu terikat tali hubungan darah,
kendati tak serasi dan sering kali terlibat dalam konflik bersenjata.
Orang-orang Yahudi selalu berubah sikap yang mengakibatkan keretakan di antara
mereka. Kedatangan Nabi Muhammad telah mengobarkan minat pemeluk agama baru ke
setiap rumah suku Aus dan Khazraj, seperti halnya situasi politik yang semakin
jelas dengan terciptanya perundangundangan baru di mana Nabi Muhammad sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dan sekaligus sebagai pemimpin umat Islam dan juga
bangsa Yahudi. Bagi mereka yang tidak suka memihak pada Nabi Muhammad dianggap
kurang bijak untuk melakukan oposisi terbuka, dan bagi mereka sikap bermuka dua
menjadi hal yang rutin. Orang-orang munafik berupaya menyakiti Nabi Muhammad
dan pengikutnya melalui berbagai cara dan dengan penuh semangat yang tak
terpatahkan sepanjang kehidupan beliau.
Permusuhan
secara terang-terangan antara umat Islam dan orang kafir Arab dan keberadaan
orang Yahudi, telah menyulut terjadinya beberapa pertempuran besar dan kecil.
Peperangan yang besar, antara lain, seperti Perang Badardi bulan Ramadan
dua tahun setelah hijrah,71 Perang
Uhud yang terjadi pada bulan Shawwal, tahun ke-3 setelah hijrah; Perang
Khandaq di bulan Shawwal, tahun ke-5 setelah hijrah; Perang Ban!
Quraiza, tahun ke-5 setelah hijrah; Perang Khaebar, Rabi al-Awwal
tahun ke-7 setelah hijrah, Perang Mu'ta, Jumad al-Awwal tahun ke-8
setelah hijrah, penaklukan kota Mekah (Fathu Makkah), pada bulan Ramadan
tahun ke-8 setelah hijrah, Perang Hunain dan Ta'if, pada bulan
Shawwal tahun ke-8 setelah hijrah, tahun pendelegasian72,
dan Perang Tabuk pada bulan Rajab tahun ke-9 setelah hijrah.
Kendati
musuh-musuh Nabi Muhammad dalam peperangan pada umumnya terdiri dari para
penyembah berhala, pada hakikatnya termasuk juga orangorang Yahudi dan Kristen
yang beraliansi dengan kekuatan kafir Quraish dalam melakukan oposisi terhadap
orang Islam. Saya sebut beberapa kejadian dari peperangan ini bukan hendak
memperpanjang pembahasan melainkan sekadar perbandingan merebaknya agama Islam
di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad dan sikap kacau bangsa Israel dalam
pengembaraan di masa Nabi Musa dan perjuangan dua belas utusan peserta Nabi
Isa.73
xi. Awal Pecahnya
Perang Badar
Nabi Muhammad mendengar berita bahwa
kafilah besar melewati rule dekat kota Madinah di bawah komando kepemimpinan
Abu Sufyan. Nabi Muhammad berusaha menghadangnya namun sempat Abu Sufyan
mencium jejak itu dan akhirnya mengubah rute perjalanan dengan mengirim seorang
utusan ke Mekah agar menambah jumlah personal. Pasukan tempur dengan seribu
tentara dan tujuh ratus unta serta pasukan kuda dipersiapkan atas saran Abu
Jahl, suatu pertunjukan kekuatan raksasa yang hendak menggempur kota Madinah.
Setelah menerima mata-mata tentang kafilah serta perubahan rule perjalanan dan
pasukan militer Abu Jahl, Nabi Muhammad membuat pengumuman minta saran
sahabafiya. Abu Bakr berdiri secara terhormat sikap terhormat yang kemudian
diikuti oleh Umar. Kemudian al-Miqdad bin 'Amr berkata, "Wahai Nabi Allah,
pergilah ke mana Allah memberitahukan anda dan kita akan bersamamu. Demi Tuhan,
saya tidak akan berkata seperti ban! Israil74
kepada Nabi Musa, pergi bersama tuhanmu dan perangilah sedang kami akan duduk
melihatnya,"75
Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jika sekiranya engkau hendak
membawa saya pada suatu tempat bernama Bark al-Ghimad76
saya akan berperang sampai mati bersamamu melawan mereka sehingga engkau dapat
menguasainya." Kata-katanya terdengar oleh Nabi Muhammad dan ia berterima
kasih dan berdoa kepadanya.
Lalu ia mengatakan, "Berilah
aku nasihat wahai manusia sekalian," yang dimaksud adalah kaum Ansar. Ada
dua alasan di belakang ini: (a). Mereka sebagai anggota masyarakat mayoritas;
dan (b). Ketika kaum Ansar memberi janji setia di 'Aqaba, mereka menjelaskan
bahwa mereka tidak berhak mendapat keselamatan sehingga ia memasuki daerah
mereka. Saat itu mereka berjanji akan memberi proteksi sebagaimana mereka
proteksi pada para keluarganya. Oleh karena itu, Nabi memberi perhatian jangan
jangan mereka meliliatnya dengan sikap setengah hati terhadap penyerangan
tentara Abu Jahl yang begitu kuat saat masih ada di luar perbatasan kota
Madinah. Saat Nabi Muhammad mengutarakan kata-kata seperti itu, Sa'd bin Mu'adh
berkata, "Demi Allah, mungkin yang dimaksud adalah kami?". Nabi
menjawab, "Tentu, tanpa diragukan lagi." Kami percaya pada engkau,
kami teguh terhadap kebenaranmu, kami bersaksi bahwa apa yang engkau dakwahkan
adalah benar dan kami telah memberi sumpah setia untuk mendengar dan
menaatinya. Oleh karena itu, pergilah ke tempat mana pun yang engkau kehendaki
dan kami akan tetap bersamamu. Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan
kebenaran, jika engkau menyeberangi lautan ini sekalipun, saya akan tetap
mengarungi lautan dan tak akan ada seorang pun yang menunggu-nunggu di
belakang. Kita tidak gentar sedikit pun menghadang musuh-musuhmu di esok hari.
Kita cukup berpengalaman dan terlatih dan dapat dipercaya dalam pertempuran.
Barangkali akan lebih baik saat Allah mengizinkan kita membuat presentasi
sesuatu yang akan membuat engkau senyum, maka ajaklah menerima rahmat Allah.77
Nabi Muhammad, semakin yakin setelah diberi masukan oleh ucapan dari Sa'd dan
kemudian siap menuju Badr dengan pasukan sebanyak 319 orang, dua ratus pasukan
kuda dan tujuh puluh pasukan unta. Di sanalah mereka menghadang kekuatan
tentara Quraish: seribu orang (enam ratus memakai baju tempur anti peluru,
seratus pasukan kuda dan ratusan pasukan unta.78
Pada hari terakhir karunia Allah tampak terang pada pihak tentara Muslim,
dimana musuh-musuh kafir menderita kekalahan telak dan negara Islam mulai mencapai
tingkat kedewasaan menjadi kekuatan yang terkenal di Semenanjung Arab.
xii. Terbunuhnya
Khubaib bin 'Adil al-Ansari
Khubaib, seorang budak Muslim Safwan
bin Umayya hendak dieksekusi di depan khalayak sebagai sikap balas dendam
terhadap kematian ayahnya yang gugur sewaktu Perang Badr. Orang-orang berkumpul
hendak menyaksikan peristiwa itu. Di antara mereka adalah Abu Sufyan, yang
menghujani berbagai makian terhadap Khubaib saat membawa keluar untuk dihabisi
nyawanya, "Saya bersumpah karena tuhan Khubaib, adakah anda menginginkan
Nabi Muhammad hadir di tempat ini untuk kita penggal lehernya dan anda akan
kami bebaskan hidup bersama keluarga? Khubaib menjawab, "Demi Tuhan, saya
tidak akan mau melihat Nabi Muhammad hadir di sini dan saya lebih suka melihat
ia menduduki kekuasaan daripada saya harus duduk di tengah keluarga." Abu
Sufyan berkata sumbar, "Saya tidak pernah melihat seseorang mencintai
orang lain seperti mereka mencintai Muhammad." Kemudian Khubaib dicincang
anggota tubuhnya satu per satu sekecil biji gandum dan darah mengalir dari tiap
penjuru sebelum ia dihabisi.79
xiii. Penaklukan Kota
Mekah
Menurut persyaratan Perjanjian
Hudaibiyyah (6 A.H.), semua suku diberi pilihan antara mengikuti Nabi Muhammad
atau orang Quraish sesuai kehendak mereka. Suku Khuza'a memilih bergabung
dengan Nabi Muhammad, sedangkan banu Bakr bergabung dengan pihak Quraish. Bani
Bakr, mengkhianati perjanjian dengan bantuan pihak Qurasih menyerang suku
Khuza'a. Orangorang suku Khuza'a menuju tempat suci Ka'bah dengan menyalahi
tata cara yang telah disepakati tanpa jaminan keamanan. Mereka mengeluh
menuntut keadilan. Nabi Muhammad menawarkan pada pihak Quraish dan ban! Bakr
tiga pilihan, di mana yang terakhir meminta agar perjanjian Hudaibiyyah
dibatalkan. Dengan sikap sombong, pihak Quraish mengambil pilihan ke-3. Setelah
menyadari akan ketidakbijaksanaan pilihan, Abu Sufyan menemui Rasulullah minta
agar perjanjian itu diperbarui akan tetapi kembali dengan tangan hampa. Nabi
Muhammad bersiap-siap melakukan serangan ke Mekah dan seluruh kabilah yang
telah mengucapkan sumpah setia pada umat Islam diminta bergabung pada
pasukannya. Dua puluh satu tahun lamanya orang Quraish me'lakukan berbagai
penindasan, penyiksaan, dan kekejaman terhadap umat Islam. Roda kini berputar
dan mereka sepenuhnya menyadari arti persiapan yang dilakukan Rasulullah dan
rasa cemas menghantui setiap rumah. Dengan pasukan sebanyak sepuluh ribu, Nabi
Muhammad menuju Mekah pada hari ke sepuluh Ramadan, tahun ke-8 hijrah. Mereka
melakukan camping di suatu tempat bernama Marr Az-Zahran dan
orang Quraish memahami akan fakta ini. Nabi Muhammad bukan hendak mengejutkan
pihak musuh dan tidak pula menghendaki terjadinya pertumpahan darah. la hanya
menghendaki pihak Quraish menyadari sepenuhnya akan situasi sebelum mengambil
pilihan perang yang tak berarti. Sementara Abu Sufyan dan Hakim bin Hizam mulai
melakukan tugas mata-mata ketika mereka bertemu dengan 'Abbas, paman Nabi
Muhammad. 'Abbas menasihati agar ia masuk Islam. Islamnya Abu Sufyan berarti
pembuka jalan akan kemenangan tanpa pertumpahan darah.
Kemudian Abu Sufyan menuju Mekah dan
memekik suara tangis dengan lantangnya, "Wahai orang Quraish, inilah Muhaminad
telah hadir ke tempat kalian dengan pasukan yang tak mungkin kalian mampu
melawan. Siapa hendak mengungsi di rumah Abu Sufyan la akan selamat, siapa yang
ingin mengunci pintu rumah sendiri, juga selamat. Siapa yang masuk tempat suci
Mekah juga selamat." Nabi Muhammad kembali ke tempat asal kelahirannya,
sebuah kota yang membuat ia sengsara beberapa tahun menghadapi kekejaman dan
siksaan. Sekarang pasukan tentara dapat memasuki Mekah tanpa darah setetes pun.
Perlawanan kecil-kecilan terlihat di sana sini sedang Nabi Muhammad berdiri di
depan pintu Ka'bah memberi kata sambutan dengan diakhiri seruan,
"Wahai orang Quraish, apa yang ada di benak hati kalian tentang apa yang
hendak saya lakukan terhadap kamu semua?" Mereka semua menjawab, "O,
saudaraku yang mulia dan anak terhormat saudaraku! Saya tak mengharapkan
sesuatu, kecuali rasa belas kasihmu." Lalu la menjawab, Pergilah kalian
dengan bebas merdeka!"80
Itulah grasi ampunan yang la
demonstrasikan pada tiap penduduk Mekah yang telah melakukan penyiksaan
terhadap umat Islam selama dua puluh tahun.81 Dalam
masa sepuluh tahun semua Jazirah Arab sejak dari Aman hingga ke Laut Merah,
dari sebelah selatan Suriah ke Yaman jatuh di bawah kekuasaan umat Islam. Hanya
satu dasarwarsa setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, la bukan saja seorang
Nabi yang melaksanakan perintah ketuhananan, melainkan juga seorang pemimpin
yang tak ada bandingannya di seluruh semenanjung Arab yang mampu menyatukan
mereka pertama kali dalam sejarah.
3. Meninggalnya Nabi Muhammad Dan Kepemimpinan Abu Bakr
i. Abu Bakr Menangani
Gerakan Pemurtadan
Meninggalnya Nabi Muhammad pada
tahun ke-11 hijrah telah mengantarkan Abu Bakr sebagai pewaris negara Islam
yang sedang mekar. Pada masa kegemilangan Nabi Muhammad, beberapa orang munafiq
seperti Musailama al-Kadhab,82
memproklamasikan diri sebagai seorang nabi baru.83 Dengan
meninggalnya Nabi Muhammad, pemurtadan terjadi di sebagian besar wilayah
Madinah.84 Beberapa
kepala suku yang merasa kehilangan kedudukan selama kehidupan Nabi Muhammad
mengikuti jejak Musailama ngaku-ngaku sebagai nabi baru, seperti Tulaiha
bin Khuwailid dan seorang wanita yang mengaku sebagai nabi, seperti Sajah binti
al-Harith bin Suwaid, pengikut agama Kristen.85
Keadaan sedemikian ruwet sehingga
‘Umar menyarankan agar Abu Bakr melakukan sikap kompromis untuk sementara waktu
dengan mereka yang tak mau membayar zakat. la bersikeras clan menolak pendapat
itu dan bahkan mengatakan, "Demi Allah, dengan sikap pasti, saya akan
perangi setiap yang memutus shalat dari bayar zakat suatu keharusan bagi tiap
orang kaya. Demi Allah, jika terdapat seutas benang pengikat- sebuah kosakata
yang digunakan untuk mengikat kaki unta-yang telah ditentukan oleh Rasulullah
untuk dikeluarkan zakat sedang mereka menolaknya, saya akan perangi perkara yang
demikian."86 Abu
Bakr berdiri sendiri dalam mempertahankan pendapat laksana gunung raksasa yang
tak mungkin tergoyahkan sehingga tiap orang memihak padanya.
Dalam mengatasi penyelewengan, Abu
Bakr bergegas ke Dhul-Qassa, yang berjarak lebih kurang enam mil dari kota
Madinah.87 Beliau
memanggil seluruh pasukan militer yang ada dan membagi-bagi ke dalam sebelas
resimen dilengkapi seorang komandan terkemuka pembawa panji pada setiap bagian
dengan tujuan tertentu. Khalid bin al-Walid ditugaskan mengatasi Tulaiha bin
Khuwailid; `Ikrima putra Abu Jahl bersama Shurahbil untuk mengatasi Musailama;
Muhajir putra Abu Umayyah ditugaskan menghadapi sisa-sisa kekuatan al-Aswad
al-Ansari dan Hadramout; Khalid bin Sa'id bin al-'As diberi tugas mengatasi
al-Hamqatain di perbatasan Syria, 'Amr bin al-'As diberi tugas mengatasi Quza'
ah dan lainnya; Hudhaifa bin Mihsin al-Ghalafani ditugaskan ke Daba di Teluk
Aman; `Arfaja bin Harthama ke Mahara; Turaifa bin Hajiz kepada ban! Sulaim;
Suwaid bin Muqarrin pada Tahama di Yaman; al-'Ala' bin al-Hadrami diberi tugas
ke Bahrain; dan Surahbil bin Hasana ke daerah Yamama dan Quda'a.88
Di antara itu semua, barangkali.
peperangan terbesar yang paling sengit adalah terjadi di Yamama melawan
Musailama dengan jumlah pasukan melebihi empat puluh ribu di mana memiliki
hubungan antarsuku terbesar di wilayah itu. Ikrima pada mulanya diutus
mengatasinya namun karena kemampuan yang terbatas ia dikirim ke wilayah lain.
Shurahbil, yang ditugaskan membantu 'Ikrima, diberitahukan agar menunggu
kehadiran komandan baru, Khalid bin al-Walid, yang akhirnya menewaskan pasukan
militer Musailama yang begitu mengagumkan.
Setelah penumpasan para pemberontak
dan kembalinya semenanjung Arab di bawah pengawasan tentara Muslim, Abu Bakr menugaskan
Khalid bin al-Walid menuju Irak.89 Di
sana mampu mengalahkan tentara Persia di Ubulla, Mazar, Ullais (pada bulan
Safar tahun ke-12 Hijrah/bulan Mei tahun 633 Masehi). Walujah disulap menjadi
sungai banjir darah (pada bulan yang sama), Amghisia, dan Hira (Dhul Qi'da pada
tahun ke-12 Hijrah/Januari tahun 634 Masehi),90 tempat
la mendirikan pusat pertahanan.91 Setelah
Hira ia melaju ke Anbar (tahun 12 Hijrah/di musim semi tahun 633 Masehi) dan
menemukan kota pertahanan dilindungi oleh parit-parit. Persyaratan perdamaian
dapat diterima, akan tetapi ia terus menuju 'Ain at-Tamr melintasi padang pasir
selama tiga hari ke arah barat Anbar.92 Di
sana terdapat musuh campuran antara orang Persia dan orang-orang Kristen Arab
yang sebagian mereka pengikut seorang wanita yang mengaku menjadi nabi, bernama
Sajah;93 dalam
pertempuran pasukan Kristen berperang lebih ganas dibanding tentara Persia.
Keduanya kalah dan kota itu jatuh ke tangan kekuasaan umat Islam.
ii. Pasukan Militer
Menuju Suriah
Ditaklukkannya semenanjung Arab di
akhir tahun ke-12 Hijrah (633 Masehi.), Abu Bakr berencana menaklukkan Suriah.
Dua pilihan komandan pertama, Khalid bin Said bin al-'As diikuti oleh 'Ikrima
bin Abu Jahl, berhasil secara memadai. Kawasan itu dibagi empat zon dengan
komandan militer masing-masing: Abu 'Ubaidah bin al-Jarrah bertanggung jawab
atas daerah Hims (di bagian Barat Suriah sekarang); Yazid bin Abi Sufyan
bertanggung jawab atas Damaskus; 'Amr bin al-'As bertanggung jawab atas
Palestina dan Sharhabil bin Hasana terhadap Jordania.
Musuh-musuh Romawi bertindak serupa
membuat empat resimen. Abu Bakr kemudian mengubah strategi dan memerintahkan
empat orang jendral agar bergabung bersama dan meminta Khalid bin al-Walid
mengambil langkah cepat menuju Suriah membawa separuh pasukan yang ada dan
bertindak sebagai panglima militer. Di sana ia mendapat kemenangan yang luar
biasa sedang di tempat lain tentara Muslim melaju cepat menghadapi
musuh-musuhnya.
4. Negara-Negara dan Provinsi yang ditaklukkan
pada Masa Kepemimpinan 'Umar dan 'Uthman
pada Masa Kepemimpinan 'Umar dan 'Uthman
o Yarmuk
atau Wacusa, 5 Rajab, tahun ke-13 Hijrah/Sept. 634 Masehi;
o Peperangan
Qadisiya, Ramadan, tahun ke-14 Hijrah/Nov. 635 Masehi.
o Ba'alback,
25 Rabi Awwal, tahun ke-15 Hijrah/636 Masehi;
o Hims
dan Qinnasrin ditaklukan pada tahun ke-15 Hijrah/636 Masehi;
o Palestina
dan Quds (Jerusalem) dikuasai pada Rabi II, tahun ke-16 Hijrah/637 Masehi;
o Panaklukan
Madian, tahun ke-I5 hingga ke-16 Hijrah/636-7 Masehi;
o Jazira
(Ruha, Raqqa, Nasibain, Harran, Mardien) sebagian besar penduduknya terdiri
orang Kristen, ditaklukkan pada tahun ke-18 hingga ke20 Hijrah/639-40 Masehi;
o Penaklukan
Persia: Nehavand, ke-19 hingga ke-20 Hijrah/640 Masehi;
o Mesir
(tidak termasuk Iskandariya) pada tahun ke-20 Hijrah/640 Masehi;
o Iskandariyya
pada tahun ke-21 Hijrah/641 Masehi;
o Barqa
(Libya) pada tahun ke-22 Hijrah /643 Masehi;
o Tripoli
(Libya) pada tahun ke-23 Hijrah/643 Masehi;
o Cyprus,
pada tahun ke-27 Hijrah /647 Masehi;
o Armenia,
pada tahun ke-29 Hijrah /649 Masehi;
o Dhat
as-Sawari, pada tahun ke-31 Hijrah /651 Masehi;
o Azerbaijan,
Deulaw, Marw (Merv), dan Sarakhs, pada tahun ke-31 Hijrah/651 Masehi;
o Kirman,
Sijistan, Khurasan, dan Balkh, juga pada tahun ke-31 Hijrah/651 Masehi.
Setelah memerintah selama 395 tahun,
tirai dinasti Sasanid jatuh ke tangan bangsa yang baru berusia tiga dasawarsa
yang masih belum memiliki pengalaman administrasi dan peperangan yang dapat
dibanggakan. Hal ini tidak mungkin terjadi melainkan bagi umat Islam yang
memiliki keimanan kepada Allah, Rasul-Nya, clan ketinggian agama-Nya.
Menurut Prof Hamidullah,94
daerah yang ditaklukkan selama 35 tahun setelah Hijrah (di akhir kekuasaan
'Uthman) dibagi sebagai berikut:
Daerah yang dikuasai sejak
Masa Nabi Muhammad
Masa
Nabi Muhammad
|
hingga tahun 11 hijriah
|
1,000,000
|
mil 2
|
Abu
Bakr as-Siddiq
|
tahun 11-13 hijriah
|
200,000
|
mil 2
|
Umar
bin al-Khattab
|
tahun 13-25 hijriah
|
1,500,000
|
mil 2
|
'Uthman
bin ‘Affan
|
tahun 25-35 hijriah
|
800,000
|
mil 2
|
Jumlah
|
3,500,000
|
mil 2
|
Gambar 2.3: Perbatasan Negara Islam pada akhir khalifah ketiga (35 hijriahl655 Masehi); perbatasan sewaktu rasulullah wafat tertulis warna hijau (lht. Map)
Nabi Musa dan kedua belas suku
bangsa Israel berkelana di Gurun Sinai selama empat puluh tahun tidak lebih
dari seratus mil sebagai siksaan karena tidak mengindahkan perintah Allah ;
dalam masa yang singkat pasukan tentara Islam mampu menaklukkan tiga setengah
juta mil persegi yang sekarang disebut dengan daerah Timur Tengah.
5.
Kesimpulan
Di samping luasnya wilayah
teritorial yang telah ditaklukkan oleh pasukan tentara Muslim, baik melalui
peperangan maupun deputasi (pengutusan), Nabi Muhammad wafat mewariskan dua
harta pusaka umat Islam: Kitab suci Al-Qur'an dan Sunnah.95
Tugas mulia dilanjutkan oleh ribuan sahabat yang secara pribadi mengenal,
tinggal, dan makan bersama beliau serta mengalami pedihnya rasa lapar, tanpa
menghunus mata pisau pada pihaknya. Mereka telah berikrar janji setia dalam menghadapi
berbagai kepentingan hidup tiap saat tanpa perasaan gentar sedikit pun. Kita
hanya dapat menduga jumlah mereka yang kecil dan kita dapat membaca pengikut
pasukan Musailama yang sebanyak empat puluh ribu hanyalah selusin di antara
mereka yang terlibat dalam pertempuran dan menderita kekalahan tak berdaya.
Adalah tidak mungkin mereka menghadang enam ratus ribu pasukan tempur melintasi
lautan beserta Nabi Musa, seperti tercatat dalam cerita exodus,96 akan
tetapi jumlah besar seperti itu hanya berkelana tak menentu di sekitar gurun
pasir di bawah terik matahari. Sedangkan para sahabat nabi mampu menuai berkah
kemenangan yang luar biasa. Selama penjagaan dengan begitu ketat terhadap agama
baru, seluruh sistem manajemen dibangun di atas fondasi Al-Qur'an dan Sunnah
sehingga penyelewengan tidak diberi peluang berkembang: Lingkungan yang seperti
itu membuktikan sikap setia terhadap pemeliharaan teks kitab umat Islam dalam
bentuknya yang asli, seperti yang hendak kita lihat berikutnya.
Hai sobat blogger ,
Assalamualaikum Wr.Wb he94x,,,,,lupa
Cuma menyebarkan saja.
Artikelnya bukan Cuma
ini lho yang berkaitan dengan tread ini
Cari aja di archive
Sumber : The History of The
Qur'anic Text - From Revelation to Compilation - Sejarah Teks Al-Quran -
Dari Wahyu Sampai Kompilasinya - Prof. Dr. M.M al A'zami