☼ Catatan Harian Gita | contoh cerpen karangan Anak bangsa ☼


☼ Catatan Harian Gita | contoh cerpen karangan Anak bangsa



Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh saudara saudariku sobat asa blog yang kucintai karena Allah subhanawataalla. Asa blog sendiri  ingin menjawab keinginan sahabat untuk membaca cerpen cerpen buatan anak bangsa Indonesia,
Berikut cerpennya selamat membaca kawan . J

Kini tahun 2004 bulan September, Genap sudah usiaku yang ke 20. Walaupun milad kali ini tanpa kehadiran mas Gagahku, yach.. kakakku yang dulu seorang ikhwan sejati. Semenjak ditinggal pergi mas Gagah pulang ke Rahmattullah, kini aku semakin mantap dengan keislamanku. Aku pelajari terus tentang keislamanku, mulai dari menghadiri acara pengajian-pengajian, dan juga kubaca buku-buku tentang keislaman termasuk koleksi buku peninggalan mas Gagah, “aku lahap juga”.

Aku ingin membahagiakan keinginan terakhir mas Gagah, walaupun kini sudah tiada. “Mas, aku hanya bisa ber do’a untukmu, akan aku pegang teguh keinginan mu yang terakhir, menjadi akhwat sejati”.

Sudah satu tahun lamanya, kini aku telah menempati rumah baru. Karena bapak ditugaskan dari kantornya pindah kerja ke Bandung, yach aku dan ibu terpaksa deh ikut bersama bapak, Dan kasihan bapak sudah tua, sering sakit-sakitan, Aku nggak tega meninggalkan beliau sendirian disini. Di kota ini pula aku kuliah, selain orangnya ramah-ramah, dan bagus juga untuk mendalami keislamanku.

Di kota ini aku pun tidak sendirian lagi, kini kesedihan dan kesendirianku, aku habiskan dengan berbagi bersama temanku yang sudah aku anggap sebagai kakakku, dia orangnya baik, pemikirannya brilian, dan tentunya selalu membimbingku karena wawasan keislamannya yang luas. Mungkin termasuk salah satu figurku untuk saat ini. Orangnya sebagus namanya, "Ayyesha Yahya" aku selalu memanggilnya mbak Ayesh.

Di lantai sebelah timur masjid SALMAN ITB, aku dan bersama temanku yang lainnya membikin khalaqah kecil, pengajian rutin setiap hari Kamis ba’da ashar sehabis kuliahku.

Seperti biasanya mbak Ayesh lah yang selalu memberikan materinya, kumenyimaknya dengan serius setiap kata-kata yang dikuarkan mbak Ayesh. Tentang tata cara bagaimana sosok muslimah di kehidupan sehari-harinya, gaya bahasanya yang lugas dan jelas sehingga membekas diingatanku. Aku jadi ingat pada mas Gagahku melakukan hal yang sama, ketika berbicara di hadapan semua jema’ah yang diadakan FTUI dahulu.’ kini mas Gagahku hidup kembali, menjelma pada sosok mbak Ayesh’.

Sedang asyiknya berdiskusi bersama teman lainnya, dan juga mbak Ayesh sebagai nara sumbernya. Lalu HPku berdering di dalam tas, lalu kuraih dan kuaktifkan.

"Asslammu’alaykum.."tanyaku, "Wa’alaykumsalam.. " dengan gugup sekali mamahku menjawab.
"Ada apa mah..? Mamah kenapa?" Akupun penasaran dengan sikapnya.
"Pulanglah segera kerumah ..nak, bapakmu ..bapakmu ..kena musibah, terjatuh dari tangga.."
"Innalillahi Wainnaillahi roojiuun, baiklah mah ..Gita akan segera pulang."

Nggak berfikir panjang sesudah pamitan aku langsung pulang, dengan perasaan yang tidak menentu.

Setelah dirumah, langsung aku peluk mamahku. Mana bapak mah? Aku tanya sambil mengusap sisa-sisa air mataku. Tenanglah Gita! Bapak berada di kamar sedang dirawat. Kami berdua terhening duduk di sofa, sambil menunggu hasil pemeriksaan. Tidak lama kemudian keheninganku terpecahkan dengan keluarnya Dr. Budiman. Lalu kami beranjak dan menghampirinya.

"Gimana hasilnya Dok?" tanya mamah!
"Pak Iman.. sudah tidak terselamatkan lagi, saya sudah berusaha semampu saya Bu! Maafkan saya." Ketika mendengarkan penuturan Dr. Budiman, langsung aku tidak sadarkan diri.

"Sudahlah Gita! Jangan di tangisi terus, ikhlaskan kepergian bapakmu." Suara Tika sahabatku dulu, tangannya sambil mengelus-eluskan punggungku. Mbak Ayyesh dan mbak Ana mendampingi mamahku, menyasikan acara pemakaman bapak sampai selesai. Kini bapak di makamkan dekat makamnya Almarhum mas Gagah di Kalibata Jakarta.

Ya Allah aku ikhlas dengan kepergian mas Gagah dan bapakku ke hadirat-Mu, semoga diterima iman dan Islamnya. Aamiin.