☼ El Camino a mi casa..., ~El Paradiso | contoh cerpen karangan Anak bangsa ☼


☼ El Camino a mi casa..., ~El Paradiso | contoh cerpen karangan Anak bangsa


Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh saudara saudariku sobat asa blog yang kucintai karena Allah subhanawataalla. Asa blog sendiri  ingin menjawab keinginan sahabat untuk membaca cerpen cerpen buatan anak bangsa Indonesia,
Berikut cerpennya selamat membaca kawan . J


 “Namaku Miranda Garza, aku seorang Spanyol yang sekarang tinggal di Indonesia. Umurku 17 tahun, aku bisa berbahasa Indonesia, senang berkenalan denganmu.”, dengan senyum ketar-ketir aku memperkenalkan diriku pada tetangga baruku di perumahan Bumi Indah.

“Namaku Anggia Putri, senang berkenalan dengan kamu juga.”

Itulah perkenalan singkat antara aku dengan Anggia, aku adalah seorang katolik dari keluarga yang taat beragama, sedangkan Anggia adalah seorang Muslimah yang religius. Rumah kami berdua berdekatan, saking sangat dekatnya, aku yang tomboy suka panjat genting rumahnya agar dapet langsung masuk ke kamar Anggia. Maklumlah soalnya rumah kami berdua ini saling berdempetan satu sama lain dan berlantai dua. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tapi tahun belum berganti tahun (soalnya belum nyampe hehe…). Kami telah saling mengisi satu sama lain, Aku dan Anggia menjadi teman yang baik. Aku bersekolah di Jakarta International School, sedangkan Anggia masuk di SMUN 78. kami berdua duduk di kelas 2 SMU.

“Anggiaaa… help me!!!” Suara dari gagang telepon menyentak Anggia.
“Kamu kenapa Mira?”
“Aku sakit, Anggia. Estoy Enferma, Anggia.”

Anggia segera menutup gagang teleponnya, segera ia menuju rumah tepat disampingnya. Bibi Iyem, sang pembantu rumah, mempersilahkan Anggia ke kamarku. Anggia pasti terkejut mendapati aku menangis di kamar.

“Kamu kenapa Mira? Kenapa nangis gitu? Kamu sakit? Kamu punya masalah?” Anggia menggoyang-goyangkan tubuhku, dengan panik.
“Kejutaaaaaaaan, hahahahaha.” Aku tertawa terbahak-bahak.
“Eh, kamu ngerjain aku kenapa?” Anggia juga tertawa melihat dirinya dipermainkan olehku.
“Nada (tidak apa-apa), cuman pengen tahu sebesar apa kepedulian kamu terhadapku.” Ekspresi wajahku saat itu berubah menjadi serius.
“Eh, kamu ini kenapa? Nggak biasanya, kamu bikin aku takut, tau nggak? Aku terburu-buru, liat Jilbabku. Berantakan, dasar Mira si Badut Spanyol.” Anggia menimpali dengan tertawa kecil.

“Anggia, rambut kamu bagus kenapa musti ditutupi?” Aku selalu saja menanyakan hal yang sama.
“Ini aurat, jadi harus ditutupi. Ini suatu kewajiban yang Tuhan berikan kepada kita dan kita harus menjalankannya. Lagi pula aku Pede dan Happy dengan ini.”

“Kenapa Tuhan nggak berikan kebebasan untuk kita? Tuhan itu sangat cinta dengan kita, dan kita pasti akan ke surga jika kita percaya bahwa Yesus itu lahir di dunia sebagai sang penebus dosa. Jika Yesus nggak dilahirkan maka kita semua akan ke neraka. Percaya pada Yesus itu satu-satunya jalan yang membawa ke Surga.” Diriku memberikan argument sambil memainkan rambut kemerah-merahanku.

“Kalau benar Yesus itu satu-satunya jalan agar kita bisa membuka pintu surga, dengan kematiannya? Lantas bagaimana nasib jutaan manusia yang lahir sebelum Yesus? Apa mereka akan masuk neraka semua? Kalau Tuhan menetapkan hukum itu, namanya tidak adil.” Anggia memberi jawaban yang cukup membuatku terdiam. Setelah episode itu tak ada jawaban dariku, aku hanya manggut-manggut saja tidak tahu apa yang harus aku katakan.

Seperti kebiasaan diriku yang tomboy, aku memulai menjadi spiderwoman, merayap diantara genteng-genteng biru agar langsung dapat masuk ke kamar Anggia. Sore itu tepat jam 3 lebih 30 menit 42 detik, dengan tas “smile” berwarna kuning di punggungku, aku telah mendarat dengan selamat di jendela kamar Anggia. Waktu itu Anggia sedang shalat Ashar, aku hanya terdiam memperhatikan apa yang sahabatku lakukan. “Sangat sederhana dan natural” begitu yang dapat aku simpulkan. Aku mengingat-ingat apa nama gerakan ini, shalat. Ya, aku telah mengingatnya. Anggia dulu pernah mengatakan kepada diriku bahwa ini adalah shalat, suatu gerakan cara menyembah ummat Islam kepada Tuhan mereka. Aku melihat Anggia telah selesai melakukan shalat, segera saja aku meraih gagang jendela kamar Anggia, dan huup, aku meloncat masuk ke kamar Anggia lewat jendela.

“Buenos Dias Anggia, Selamat sore Anggia.” Dengan wajah yang cerah dan senyum cengir khas gaya Spanyol.
“Selamat Sore juga.” (Anggia masih sibuk melipat rapi mukenanya.).
“Hehehe, Anggia selesai shalat?”, tanyaku.
“Iya”, timpalnya.
“Kenapa nggak pakai ketua, someone like a Pastor?” tanyaku ingin tahu.
“Mira, dalam Islam tuh nggak ada yang namanya Pastor, Pendeta, Rabbi, de el el. Nggak ada mediator diantara kita dengan Tuhan. Kita bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan.”
“Apa kamu yakin doa kamu diterima?” Tanyaku penasaran.
“Insya Allah, karena hal inilah yang saya yakini dan saya tidak punya keraguan tentang ini.” jawab Anggia santai.

Oh Tuhan, dia begitu yakin dengan apa yang dia katakan, sedangkan aku selalu saja ada tanda Tanya besar dihatiku, aku selalu risau dengan hakikat Tuhan yang Trinitas, terus terang sampai saat ini aku belum paham tentang itu. Sungguh malu, Anggia selalu mengatakan padaku kalau Allah itu sempurna, satu, Dia tidak beranak dan juga tidak diperanakan, Anggia benar-benar mengerti hakekat Tuhan. Hal inilah sebenarnya yang menjawab semua keraguan-keraguanku selama ini. Tapi aku ingin sekali segera menghempasnya, aku tak mungkin mempercayai agama yang mengajarkan Teroris ini. Ya… ayahku sering bilang kalau agama inilah yang menjadikan dunia penuh dengan kebencian. Tapi segera saja prasangka burukku ini jauh-jauh pergi setelah aku melihat kemurahan hati Anggia. Dia begitu sopan dan baik. Dan yang membuatku kagum dia adalah seorang muslimah, selama bertahun-tahun aku menggambarkan orang-orang muslim itu jahat, kejam, tidak mengerti perasaan orang. Tapi setelah aku tinggal di Indonesia meninggalkan Spanyol, hal itu pupus sudah.

Sore itu Anggia menceritakan kepadaku, selama berabad-abad Islam telah menguasai Spanyol. Islam membuat peradaban yang maju saat itu, padahal sebelum kedatangan Islam, Spanyol masih suatu bangsa yang tak mengenal jati dirinya. Ilmu pengetahuan belum banyak ditemukan. Kemudian hal itu dihancurkan oleh pasangan Raja dan Ratu beragama Kristen waktu itu, mereka membunuhi setiap warga Muslim disana. Lenyaplah peradaban itu, pembunuhan besar-besaran terjadi disana, Spanyol kota yang indah kala itu penuh dengan kejahatan & kekejaman yang dilakukan umat Kristen. Siapakah dari umat Kristen Spanyol tak akan merah mukanya, melihat pendeta-pendeta Kristen menghasut kekuatan untuk bertindak dengan kekejaman dan kebengisan setan terhadap suatu ummat yang dari mereka kita selalu menerima perlindungan dan kemanusiaan? Di bawah bangsa Arab Spanyol-lah jiwa kesatria timbul, yang kemudian diakui oleh prajurit-prajurit Kristen seakan-akan menjadi milik Kristen. Hal ini pasti akan membuat rasa sakit yang dalam bagi umat Islam, banyak masjid-masjid yang megah yang didirikan oleh Umat Islam sekarang diubah menjadi gereja-gereja suci bagi umat Kristen; Santo Cristo de Laluz, Santa Maria, Santa Tome, Santa Maria de Torenzito, sebuah nama-nama yang tak asing ditelingaku, rupanya di abad ke 14 merupakan masjid-masjid bagi Umat Muslim.

“Islam masih akan mempersembahkan pembaktian kepada ummat manusia, karena Islam ditujukan kepada Dunia ini.” Anggia mengatakan itu dengan buku sejarah Islam ditangannya.

Di akhir pertemuanku, Anggia memberiku sebuah buku, aku menanyakan siapa yang menulisnya. Anggia menjawab dengan senyuman di wajahnya, “Tuhan yang menulisnya.”
“Gracias…(terima kasih).”

Malam ini aku duduk di atas tempat tidurku, mendengarkan lagu-lagu berbahasa Spanyol kesukaanku. Baru saja lagu Concierto De Aranjuez dinyanyikan apik oleh CHANO. Kalau mendengarkan lagu-lagi ini serasa masih tinggal di Spanyol. Aku merindukan teman-temanku disana, Aku merindukan Walter Gomez, mantan pacarku yang tak lama aku telah putus dengannya setelah kepergianku menuju Indonesia. Ayahku seorang Diplomat yang diberi tugas di Indonesia. Aku tak keberatan dengan ini, karena aku suka mengunjungi tempat-tempat yang baru, dan menemukan hal-hal yang baru. Aku mematikan Tapeku, dan mengambil sebuah buku yang sore tadi Anggia telah memberinya padaku, aku membukanya… Disana terselip sebuah kertas yang sengaja Anggia berikan untukku dengan bahasa Spanyol. “El-Qur’an no es solo para Islam, El mundo no es solo para Islam, pero El Qur’an y Islam es para todos en el mundo.”

“Al-Qur’an bukan hanya untuk Islam, Dunia ini bukan hanya untuk Islam, tetapi Al-Qur’an dan Islam untuk semua yang ada di dunia ini.”

Aku membuka halaman-halaman Al-Qur’an itu, sedikit bingung memang, mana halaman yang pertama gumanku dalam hati. Aku membacanya, sungguh hatiku tak kuasa menahan kebenaran isi Al-Qur’an itu. Aku membaca surat Al-Ikhlas, surat berisi 4 ayat ini telah menjawab keraguanku selama ini. Sungguh mempesona dan benar gumanku dalam hati. Malam itu aku terus membaca buku itu, ada kisah tentang Isa (Yesus) ada kisah tentang Maria si perawan yang suci. Dan aku lebih mempercayai apa yang ada dalam buku ini dari pada yang aku dapatkan dari Bibelku. Sungguh jelas dan meyakinkan hatiku.

Suara Adzan subuh membangunkan aku, tanganku masih memegang Al-Qur’an yang kemarin malam aku baca. Aku jarang sekali mendengar adzan di Spanyol, dan kini di Indonesia aku dapat mendengar suara panggilan ini 5 kali dalam sehari.

2 tahun dari peristiwa itu, aku semakin tertarik pada Islam, aku banyak membeli buku-buku tentang Islam dalam bahasa Inggris, Spanyol dan Indonesia. Pengetahuanku bertambah, dan Anggia masih menjadi tempat yang terbaik untukku dalam menjawab pertanyaan-pertanyaanku seputar Islam. Ingin sekali rasanya aku meleburkan diriku dalam Islam, tetapi rasa takutku pada ayahku mengendorkan niat ini.

Aku kembali merayap seperti spiderwoman, untuk meraih jendela kamar Anggia. Aku hanya ingin mendengarkan Anggia mengaji Al-Qur’an, aku tahu sehabis Maghrib adalah waktu dimana dia biasanya mengaji Al-Qur’an, dia mempunyai suara yang bagus. Ingin sekali bisa seperti dia. Anggia menyelesaikan bacaan Al-Qur’annya, dan menyuruhku untuk duduk disampingnya. Dia mengatakan padaku, bahwa kematian itu sesuatu yang paling dekat dengan kita, walaupun kita membuat sebuah benteng besar untuk menghadangnya kita tidak akan mampu untuk menghadangnya. Kemudian dia melanjutkan cerita tentang Muhammad. Seorang nabi berbangsa Arab. Anggia menyuruhku untuk mengecek Bibel yang aku bawa. Yohanes 14:26, 15:26 dan 16:7. “Namun benar apa yang kukatakan padamu. Itu adalah lebih berguna bagimu, jika aku pergi. Sebab, jika aku tidak pergi, PENGHIBUR itu tidak akan datang padamu. Tetapi jika aku pergi, aku akan mengutusnya kepadamu.” (Yohanes 16:7). Aku membacakan salah satu ayat apa yang Anggia minta.

“Ahmad atau Muhammad adalah seorang yang terpuji, sebuah kata yang dalam bahasa Yunani hampir sama dengan “Periclytos”. Sementara pada Injil Yohanes sekarang, misalnya pada ayat 16:7, kata Penghibur untuk bahasa Indonesia, kata “Comforter” untuk versi bahasa Inggris dan kata “Paracletos” untuk versi Yunani. Yang berarti “Advocate=pembela”, sehingga berarti seseorang yang memberikan pertolongan kepada yang lain.” Anggia kemudian mengambil 2 gelas Jus Melon dari kulkasnya dan melanjutkan lagi statementnya.

“Para teolog udah sependapat kalau “Paracletos” berasal dari kata “Periclytos” yang dalam ucapan aslinya digunakan Al-Masih untuk mengisyaratkan kedatangan “Ahmad”, pembawa misi kerasulan sesudahnya. Bahkan kalau kita baca “paraclete”, hal itu menunjukkan bahwa dia adalah Rasul yang mulia pemurah dan pengasih terhadap sesama makhluk.” Anggia mengakhirinya dan memberiku kesempatan untuk berbicara.

“Aku suka Muhammad, dia adalah seorang pemimpin yang adil dan seorang yang hebat, aku membaca sejarah kehidupannya dari buku karangan seorang Muslim Mesir. Aku yakin apabila seseorang mempelajari hidup dan sifat Nabi dari Tanah Arab ini, yang tahu bagaimana mengajar dan bagaimana ia hidup, maka ia akan merasa lain dan akan penuh hormat kepada Nabi agung, pembawa berita dari Yang Maha Kuasa, setiap kali aku mengulangi membaca riwayatnya, aku memperoleh semangat yang baru untuk mengaguminya dengan sepenuh hatiku.”, ucapku.

“Kamu pintar Mira, semoga Allah juga memilihmu sebagai seorang Muslimah.” Anggia mengatakan kalimat itu lagi.

Kemudian Anggia menyuruhku untuk membuka Al-Qur’an surat ash-Shaf ayat 6 : “Dan ingatlah, ketika Isa putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel! Aku adalah utusan Allah kepadamu, untuk membenarkan taurat yang turun sebelumku dan menyampaikan berita gembira tentang kedatangan seorang rasul sesudahku, bernama Ahmad.” (QS. Ash-Shaf : 6). Aku selesai membacanya dan mulai mengerti.

“Ahmad dalam Al-Qur’an ini adalah yang dimaksudkan Nabi Isa dalam Injilmu, dia adalah seorang penghibur, Rosul yang mulia.” Anggia menyelesaikannya dengan sangat jelas.

Malam itu aku tak dapat tidur, aku memikirkan bagaimana nasibku jika malam ini mati dan aku masih dalam keadaan seperti ini, aku yakin Islam itu agama yang benar, bukan Katolik atau Kristen, bukan pula agama-agama yang lainnya, hanya Islamlah yang benar. Aku harus membuat suatu keputusan, dan aku harus berani untuk menjalaninya.

Aku membuka catatan-catatan yang aku dapat dari Bibelku, banyak sekalai keraguanku tentang ayat-ayat di Bibel ini. Sering sekali pastor-pastor mengkhutbahkan kepada Jemaat Gereja dan orang-orang dimuka bumi ini bahwa Yesus dalam Bible itu sangat pemurah dan lembut menyampaikan kedamaian. Tapi kenyataannya?

Aku membuka Lukas 12:49-53, “Aku (Yesus) datang untuk melemparkan api di bumi dan betapakah aku harapkan, api itu telah menyala. Aku harus menerima baptisan, dan betapa susahnya hatiku, sebelum hal itu berlangsung. Kamu menyangka, bahwa aku datang untuk membawa damai diatas bumi? Bukan, kataku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.”

Apa benar perkataannya ini? Dia mengajarkan pertentangan? Tak heran jika orang-orang Kristen Amerika menyerang negeri-negeri Muslim. Mereka mengamalkan ajaran dari Lukas : 49-53 ini. Mereka sungguh orang yang sesat.

Kemudian pada Lukas 14:26, ada perkataan Yesus yang menyuruh membenci keluarga, “Jika seseorang datang kepadaku dan tidak membenci bapak, ibu, istri, anak-anak dan saudara-saudara lelaki serta saudara-saudara perempuannya, ya, dan bahkan jiwanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridku…” Bukankah ini perkataan yang tidak pantas untuk dikatakan untuk seorang Yesus?

Al-Qur’an lah sebuah Kitab suci yang memuat pernyataan yang benar tentang Yesus putra Maryam. Dia adalah seorang Rasul yang terkemuka di dunia ini dan diakherat nanti. Dia menghormati Ibunya dengan sebaik-baik penghormatan. Tidak seperti apa yang dikatakan Bibel pada Yohanes, 2:3-4

“Ketika anggur makin berkurang, ibu Yesus mengatakan kepadanya, “Mereka tidak mempunyai anggur.” Namun yesus mengatakan kepadanya, “Apa urusanku dengan engkau, (hai) wanita?...” Yesus digambarkan pada Bible sebagai seorang yang tidak menaruh rasa hormatnya kepada sang Ibu yang telah menjaga kehormatannya itu. Sungguh benar apa yang dikatakan Anggia beberapa waktu lalu, bahwa Bibel bukanlah kitab yang asli yang diajarkan Yesus untuk orang-orang Israel. Dan Al-Qur’an lah kitab persaudaraan yang Universal dengan bahasa yang tinggi dan mengaggumkan. Al-Qur’an lah sebuah kitab suci dari Tuhan Yang Kuasa.

Orang mengatakan bahwa orang-orang Eropa di Afrika Selatan takut akan kedatangan Islam, obor terang “Spanyol Islam” yang telah menghotbahkan kepada dunia suatu Kitab Persaudaraan. Orang-orang Eropa di Afsel sangat takut akan kedatangan Islam, karena mereka takut akan kenyataan bahwa apabila bangsa asli itu memeluk agama Islam, mereka akan menuntut hak persamaan dengan orang-orang kulit putih. Patutlah mereka takut akan hal itu. Apabila persaudaraan itu suatu dosa, kalau persamaan antara bangsa-bangsa berwarna mereka takuti, maka ketakutan itu memang berlandaskan. Karena aku telah melihat bahwa setiap orang Zulu Afrikan yang memeluk agama Kristen tidak serta merta menjadi sederajat dengan orang-orang Kristen kulit putih Eropa, sedang segera setelah ia memeluk agama Islam, ia minum satu cangkir dan makan sepiring dengan seorang Muslim lainnya; itulah yang mereka takuti. Ya, orang-orang keji Eropa sangat menakuti persaudaraan kaum muslimin. (Gumanku dalam hati).

Aku membuka jendela kamarku dan duduk di atas genteng biru rumahku, dingin sekali rasanya, bintang-bintang sangat indah tertata rapi di langit. Berapa jumlah bintang-bintang itu ya? Gumanku dalam hati. Kemudian aku mulai menghitung-hitungnya, aku tahu aku tak akan mampu, aku tahu aku tak akan mampu untuk menghitung seberapa besar cinta dan rahmat Tuhan yang telah Ia berikan didunia ini untuk para manusia. Tetapi kebanyakan para manusia itu tidak tahu terima kasih, kebanyakan dari mereka malah mendurhakai Tuhan. Semoga saja aku bukanlah salah satu dari mereka.

Rasanya ingin menangis, menangisi kebodohanku selama ini, diriku yang hina ini telah memfitnah Tuhan, sungguh beraninya aku mengatakan bahwa Tuhan itu mempunyai anak? Bahwa Tuhan itu Tiga? Betapa besar dosa-dosaku selama ini. Sesudah 2 tahun aku mempelajari Islam dan agama-agama lainnya, aku memperoleh perbandingan yang memuaskan antara trinitas Kristen dengan Trimurti Hindu. Dalam hindu Tuhan itu dibagi menjadi Brahma, Wisnu, Syiwa. Dan dalam agama Kristen itu menjadi “Allah Bapak, Allah anak dan Roh Kudus.” Selain itu, aku juga sampai kepada kesimpulan bahwa sakramen “Perjamuan Malam” bukan berasal dari ajaran Yesus tapi dari kebudayaan Hindu. Aku juga melihat bahwa “Kristus” berasal dari kata Karistana yang berarti Tuhan Anak dalam teologi Trinitas dan trimurti Hindu. Sungguh memuakan, kenapa bisa Kristen bersumber pada agama yang menyembah binatang ini? Aku harus memilih Islam sebagai agamaku.

Pagi-pagi sekali aku menemui Anggia, kali ini lewat pintu depan karena aku lihat jendela kamar Anggia masih tertutup. Yusuf adik Anggia membukakan pintu untukku. Segera aku menuju ke kamar Anggia, dengan perasaan tidak sabar. Dia kaget melihatku pagi-pagi sekali datang kerumahnya.

“Anggia, aku ingin menjadi seorang Muslimah!!! Yo quiero ser una Buena molsumana.”

Anggia hanya terdiam melihatku baik-baik kemudian ia menangis, menangis karena bahagia dan aku dapat merasakan kebahagiaan itu.

“Ashaduala ila hailAllah wa ashadu ana Muhammadan Rasululah, Yo atestiguo que no hay nada digno de adoraci que Alla yo atestiguo que Mujammad es el profeta de Alla.” Aku mengucapkan 2 kalimah syahadat dengan cepat.

Saat ini aku merasakan aku dapat mencium bau surga, dan belas kasih Allah melingkupi seluruh tubuhku, kehadiran Tuhan sangat aku rasakan. Hidupku telah siap untuk perjalanan selanjutnya di dunia ini dan aku akan berjalan menuju rumahku di surga di bawah pangkuan Islam, terima kasihku kuhaturkan untuk Allah, yang telah memilihku dari sekian milyar manusia di dunia ini sebagai seorang Muslimah.

Kuhadapkan wajahku pada Yang Kuasa, tengadahkan tanganku bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat Nya dan anugerah yang indah. Karena telah menjadikan aku, seorang Spanyol berusia 19 tahun kembali kepada pangkuan Islam.

Anggia sahabatku memelukku, kami berdua menangis dikamarnya. “Hermana Anggia, te a mo por el poder de Allah.” Aku mengucapkan lirih kata itu. (Saudara ku Anggia, aku mencintaimu karena Allah).

“Tiada paksaan dalam memasuki Islam. Telah jelas perbedaan jalan yang benar dari jalan yang sesat.” (Al-Baqarah : 256).

Sumber : bunga rampai