Air zamzam yang berlimpah merupakan mukjizat yang tidak bisa diingkari.
Sejak masa Nabi Ibrahim AS hingga kini, mata air tersebut tidak pernah
kering. Bagaimana sejarah air yang penuh keberkahan ini?
Imam Bukhori meriwayatkan: "Nabi
Ibrahim a'laihisalam membawa istri dan putranya Ismail yang masih
menyusui ke Makkah kemudian singgah di bawah sebuah pohon tempat sumur
zamzam sekarang ini.
Kala itu tidak seorang pun yang tinggal di Makkah, tidak pula terdapat mata air.
Sebagai bekal, Nabi Ibrahim
meninggalkan wadah berisikan kurma dan satu lagi berisikan air. Nabi
Ibrahim beranjak pergi meninggalkan istri dan putranya di tempat itu.
Istrinya kemudian mengikuti seraya berkata: "Wahai Ibrahim ke mana
engkau pergi? Apakah engkau akan meninggalkan kami di tempat yang tidak
berpenghuni ini dan tak ada sesuatu pun?"
Berulang-ulang Siti Hajar
memanggil Nabi Ibrahim dengan kata-kata tersebut. Nabi Ibrahim tidak
menoleh. Istrinya lalu bertanya: "Apakah Allah yang memerintahkanmu
melakukan hal ini?" "Ya," jawab Nabi Ibrahim. Mendengar jawaban itu,
Siti Hajar berkata, "Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami."
Ia kemudian kembali bersama putranya Ismail.
Nabi Ibrahim terus berjalan.
Sampai di tempat yang bernama Tsaniah, ia menghadap ke arah Ka'bah
(sekarang ini, dulu belum dibangun) kemudian berdoa seraya menengadahkan
kedua tangannya dan memanjatkan doa.
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya
aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat." (QS: Ibrahim 37).
Siti Hajar menyusui Nabi Ismail
dan minum air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim. Air itu habis, ia dan
putranya merasa sangat haus dan dahaga. Nabi Ismail terus menangis.
Tidak tega melihat putranya seperti itu, Siti Hajar pergi ke bukit Sofa.
Di bukit itu ia berdiri
menghadap lembah, berharap melihat orang di sana. Ia kemudian turun dari
bukit Sofa. Sampai di lembah, ia mengangkat ujung bajunya, kemudian
berlari-lari seperti orang yang kelelahan sehingga sampai di bukit
Marwa. Ia lalu melihat ke arah sekelilingnya, tapi tak seorang pun
terlihat. Hal itu ia lakukan sampai 7 kali.
Ibnu Abbas berkata, Rasulullah
SAW bersabda: "Itulah (asal mula) sa'i yang dilakukan sekarang antara
Sofa dan Marwa. Ketika Siti Hajar kembali ke bukit Marwa, terdengarlah
suara tanpa rupa, Siti Hajar berkata : "Berikanlah pertolongan kepadaku
jika Engkau mempunyai kebaikan."
Tiba-tiba, ia melihat Malaikat
Jibril berada di tempat sumur zamzam (sekarang ini). Dalam Hadis
Sayyidina Ali ra yang diriwayatkan Imam Tobari dengan Sanad Hasan:
"Malaikat Jibril memanggilnya, siapakah engkau?" Ia menjawab, "Aku
adalah Hajar ibu Ismail."
"Kepada siapa engkau berdua
dipasrahkan?" "Kepada Allah." Malaikat Jibril kemudian berkata: "Engkau
berdua telah dipasrahkan pada Yang Maha Mencukupi."
Malaikat Jibril lalu
mencari-mencari (menggali) dengan tumitnya dalam riwayat dengan sayapnya
sehingga tampaklah air. Dalam riwayat Bukhori disebutkan, terpancarlah
air. Siti Hajar tercengang melihat pancaran air itu, lalu membuatnya
seperti telaga.
Malaikat Jibril berkata:
"Biarkanlah sesungguhnya air itu rowaaun (banyak dan mengenyangkan).
Siti Hajar kemudian minum dari air itu, susunya menjadi mengalir banyak.
Malaikat Jibril berkata kepadanya: "Jangan takut akan terlantar,
sesungguhnya di sinilah rumah Allah akan dibangun oleh anak ini dan
ayahnya, sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba yang dekat
dengan-Nya."
Sekelompok orang-orang Jurhum
dari Bani Qohton kemudian lewat. Mereka datang melewati jalan Kada'
(nama tempat) lalu singgah di lembah Makkah bagian bawah. Mereka melihat
burung-burung terbang berputar-putar tidak meninggalkan tempat itu.
Mereka berkata: "Sungguh
burung-burung itu berputar-putar di atas air, padahal kita tahu di
lembah ini sebelumnya tidak terdapat air." Mereka lalu mengutus seorang
melihat ke tempat tersebut. Benar, di sana terdapat air. Mereka lalu
datang ke tempat air itu dan melihat Siti Hajar berada di situ. Mereka
berkata: "Apakah engkau mengizinkan kami tinggal di tempat ini?"
Siti Hajar menjawab: "Ya, tetapi
kalian tidak berhak atas mata air ini (kecuali untuk kalian minum dan
kebutuhan kalian saja). "Baiklah." Lembah Makkah yang asalnya tidak
terdapat air tidak berpenghuni sehingga Allah menampakkan air zamzam.
Setelah itu, kabilah Jurhum yang berasal dari Yaman ikut tinggal di
lembah tersebut sehingga semakin lama semakin bertambah ramai.
Dari segi keutamaannya, sebagian
ulama telah mengumpulkan berbagai fadilah dan keutamaan zamzam. Antara
lain adalah air surga (maa'ul-jannah). Artinya, air yang penuh berkah
dan manfaat, seperti air surga.
Nikmat Allah, yakni salah satu
nikmat Allah bagi para jamaah haji yang langsung bisa merasakan
nikmatnya air di tengah-tengah padang pasir. Penuh berkah karena
Rasulullah SAW senang meminumnya dan tangannya yang penuh berkah pernah
dicelupkan ke sumur zamzam. Air ini juga mengenyangkan serta
menghilangkan dahaga.
Dapat juga digunakan sebagai air
penyembuh penyakit, baik penyakit jiwa atau batin maupun penyakit
jasmani. Rasulullah SAW menyebutnya, "mengobati penyakit." Banyak kisah
dan riwayat tentang hal ini sebagai bukti kebenaran hadis tersebut.
(Sumber: Republika)