Dua pemuda Afrika Selatan mengendarai sepeda dari Cape Town ke Mekah
untu menunaikan ibadah haji. Natihim Cairncross, 28 tahun, dan Imtiyaz
Haron, 25 tahun, tiba di kota suci pada 2 November, dapat terlihat
kelelahan setelah menemuh kira-kira 11.000 km selama sembilan bulan.
Mereka mengatakan kepada kantor
berita Arab News sebelumnya bahwa mereka bersepeda ke Mekkah untuk
secara fisik mempersiapkan kerasnya latihan fisik yang berhubungan
dengan melaksanakan ibadah haji pertama mereka.
"Bagaimanapun juga, Haji
tidaklah sesulit seperti yang kami pikirkan," Cairncross mengatakan
kepada kantor berita Arab News dari penginapannya di Aziziyah pada
Selasa waktu setempat. "Alhamdulillah semuanya berjalan dengan sangat
baik. Saya pikir penting untuk tidak tertangkap keramaian orang-orang."
Ia menambahkan bahwa ketika
mereka melakukan perjalanan mereka untuk begitu banyak alasan pribadi,
mereka juga ingin meningkatkan kesehatan spiritual mereka. "Ini adalah
sebuah perjalanan yang sangat erat, dan Anda benar-bear harus berpikiran
terbuka dan fleksibel," ia mengatakan. Perjalanan bersepeda mereka
membawa mereka dari Afrika Selatan melalui Botswanam Zimbabwe,
Mozambiue, Malawi, Tanzania, Kenya, Turki, Syiria dan Palestina sebelum
pada akhirnya tiba di Kerajaan tersebut.
"Perjalanan tersebut hanyalah
sebuah perjalanan keagamaan," kata Cairncross. "Perjalanan tersebut juga
tentang melihat Afrika dan pemandangan di negara-negara lain."
Ia menambahkan bahwa di Zimbabwe
mereka melakukan beberapa pekerjaan relawan, mengajar anak-anak lokal
bagaimana menghitung, membaca, dan menulis.
Para pengendara sepeda tersebut
tidak menghadapi masalah yang serius dalam perjalanan mereka, dan mereka
sering dengan sangat baik dijaga oleh para penduduk lokal di kota-kota
yang mereka telah lalui. Keduanya mengayuh 80 sampai 100 km sehari dan
akan beristirahat ketika malam sampai subuh.
"Ada banyak makanan di Afrika.
Kami berusaha untuk mendapatkan hubungan yang baik di kota-kota besar.
Mereka menawarkan kami makanan, air, dan akomodasi," Cairncross
menambahkan.
Walaupun bahasa adalah sebuah
penghalang, mereka memilih bahasa Arab ketika mereka melakukan
perjalanan melalui Syiria dan Yordania. Hal ini memberikan mereka
manfaat yang baik ketika mereka mencapai perbatasan Arab Saudi, di mana
mereka disapa dan disambut oleh para penjaga perbatasan.
Untuk para pengendara sepeda
tersebut, yang telah melihat begitu banyak tempat-tempat terkenal di
dalam perjalanan sulit mereka, pemandangan terbaik yang mereka hadapi
adalah ketika mereka memasuki Masjid Suci. "Melihat Ka'bah adalah hal
yang luar biasa," kata Cairncross. "Perasaan itu yang Anda dapatkan,
perasaan tersebut seperti sebuah ceri di atas sebuah kue. Kehidupan
liar, alam di seluruh Afrika, tidak ada yang bisa dibandingkan dengan
perasaan tersebut."
Ia menambahkan bahwa suatu
ketika mereka mencapai Mekkah, berhubungan dengan kelompok tur Afrika
Selatan Khidmatul Awaam, para pengendara sepeda tersebut memutuskan
untuk memisahkan perjalanan mereka untuk sementara. "Saya dan Imtiyaz
tidak pernah menghabiskan waktu bersama ketika kami pergi ke Masjid
Agung atau ketika kami melakukan Haji kami. Kami pikir hal tersebut
penting untuk berada sendirian dan dikelilingi oleh orang-orang asing,"
ia mengatakan.
Cairncross juga meminta
organisasi jamaah haji, manambahkan bahwa begitu banyak uang yang harus
diberikan kepada otoritas Arab Saudi. Ia mengatakan dari apa yang telah
ia lihat, Kerajaan telah secara konstan meningkatkan manajemen hajinya
setiap tahun. "Kami masih berharap untuk bertemu dengan keluarga
Kerajaan," ia menambahkan dengan tertawa.
Ketika ia dengan sopan menolak
untuk mengatakan apa yang ia panjatkan dalam doanya ketika di Arafah,
Cairncross benar-benar menambahkan bahwa penting untuk dipersiapkan
sebaik mungkin ketika melakukan ibadah haji tersebut.
Ia juga menambahkan bahwa ia dan
Haron berencana untuk menjual sepeda mereka dalam sebuah tawaran untuk
membiayai sebuah tiket pesawat kembali ke Cape Town. Jika hal tersebut
gagal, ia menambahkan, mereka berharap sebuah sponsor akan masuk untuk
membantu mereka kembali ke kampung halaman mereka.
Keduanya, Cairncross dan Haron
adalah siswa hukum Islam dan telah mempelajari ajaran-ajaran dan hukum
Syariah. "Saya bergabung dengan sebuah universitas dan menyelesaikan
sebuah mata kuliah dalam perencanaan kota dan saya bekerja di dalam
bidang konstruksi," Cairncross mengatakan.
Keduanya adalah lajang dan
mencintai olah raga. Sementara Cairncross tertarik dengan selancar angin
di sepanjang pantai dan lautan, Haron, seorang lulusan jurusan ekonomi,
unggul dalam kickboxing dan panjat gunung. (Sumber: suaramedia)