Cinta Sejati

Apakah cinta sejati itu? Cinta sejati hanyalah kepada Allah. Lalu apakah manusia tidak boleh mencintai makhluk Allah, misalnya orangtua, anak, suami, harta benda dll?. Boleh saja, tetapi cinta kepada makhluk Allah hanya sebatas melaksanakan perintah Allah, bukan malah menjadi perintang. Allah menciptakan segala yang ada di dunia ini dengan sangat indah. Dan manusia pun boleh mencintai makhluk Allah, selama tidak melebihi kecintaan kepada Allah dan RasulNya.

Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.(Q.S. At-Taubah:24)


Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Allah). (Q.S. Al-Ahzab:6)

Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri rasul. yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, (Q.S. At-Taubah:120)

Cinta kepada Allah tidaklah sama dengan cinta kepada selainNya. Allah tidak akan mau di duakan. Suatu hari Dzun Nun Al-Mishry bertemu dengan seorang rahib, lalu Dun Nun bertanya kepada rahib tersebut, “Apakah arti cinta sejati menurut pendapat Anda? Lalu rahib itu menjawab, “Cinta sejati tak mau dibelah dua. Kalau inta telah tertumpah kepada Allah, tidak ada lagi cinta kepada selainNya. Dan jika cinta tertumpah kepada selain Allah, tidaklah mungkin dapat dipersatukan cinta itu dengan cinta kepada Allah. Oleh karena itu, renungkanlah siapa sebenarnya yang kau cintai”. Kemudian Dzun Nun bertanya lagi, “Lalu apakah sarinya cinta?”, Rahib itu menjawab, “ Akal pergi, airmata jatuh, mata tek mau terpejam, rindu dendam memenuhi kalbu, dan rela berbuat apapun yang dikehendakiNya”.
Beberapa tahun kemudian, Dzun menunaikan haji. Ketika berada di Mekah, beliau bertemu dengan rahib tersebut, yang ternyata juga sama-sama sedang menunaikan ibadah haji. Rahib itu berkata, “Hai Abul Faidh! Janji perdamaian telah ditanda tangani, pintu pun telah terbuka. Allah telah menganugerahiku jalan Islam. Sebab apa yang kukatakan kepadamu beberapa tahun yang lalu, adalah kata-kata yang tidak dapat dipikul oleh langit dan bumi, hanya dapat dipikul oleh orang yang tabah!”.
Rasulullah pernah bersabda:

Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:"Ada tiga perkara, barangsiapa yang tiga perkara itu ada di dalam diri seseorang, maka orang itu dapat merasakan manisnya keimanan iaitu: jikalau Allah dan RasulNya lebih dicintai olehnya daripada yang selain keduanya, jikalau seseorang itu mencintai orang lain dan tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan kerana Allah, dan jikalau seseorang itu membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya kalau dilemparkan ke dalam api neraka." (Muttafaq 'alaih) [Riyadhus shalihin hadits ke 374]