"Tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku."
(Adz-Dzariyat [51]: 56).
Begitulah penegasan Allah dalam Alquran tentang tujuan-Nya
menciptakan jin dan manusia, yakni semata-mata untuk beribadah kepada
Allah Yang Maha Esa. Karena itu, golongan jin dan manusia terbagi dua,
yaitu Muslim dan kafir.
Jin menyatakan keislamannya yang diterangkan dalam Alquran surah Jin [72] ayat 1-2. "Telah
diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin mendengarkan Alquran. Lalu,
mereka berkata, `Sesungguhnya, kami telah mendengarkan Alquran yang
menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Karena itu,
kami memercayainya dan kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT dengan
siapa pun juga."
Peristiwa ini terjadi saat Rasul
SAW bersama para sahabat sedang melaksanakan shalat Subuh. Ketika itu,
Rasul SAW membaca surah Ar-Rahman [55] ayat 1-78. Dalam surah Ar-Rahman
ini terdapat beberapa ayat yang berbunyi, "Maka, nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?" Ketika ayat ini dibacakan, para jin yang
hadir saat itu langsung menjawabnya dengan kalimat, "Wahai Tuhan kami,
sesungguhnya kami tidak mendustakan nikmat-Mu sedikit pun. Segala puji
hanya bagi-Mu yang telah memberikan nikmat lahir dan batin kepada kami."
Ibnu Mas'ud menyatakan bahwa ia
ikut menyaksikan malam turunnya ayat Jin ini. Rasulullah SAW bersabda,
"Aku didatangi juru dakwah dari kalangan jin. Lalu, kami pergi
bersamanya, dan aku bacakan Alquran kepada mereka."
Peristiwa ini terjadi di sebuah
masjid yang terletak di kampung Ma'la, tak jauh dari pekuburan kaum
Muslim di Kota Makkah. Dan kini, masjid itu dinamakan dengan Masjid
al-Jin atau Masjid al-Bai'ah. Sebab, di tempat inilah para jin berbaiat
atau menyatakan keislaman mereka kepada Rasulullah SAW untuk beriman
kepada Allah SWT dan Kitab-Nya.
Masjid ini menjadi monumen
terpenting antara Rasulullah SAW dan para jin. Konon pada saat itu, para
Jin berencana menuju Tihamah. Namun, mereka mendengar bacaan Alquran.
Mereka sangat takjub mendengarnya, dan kemudian berdialog dengan
Rasulullah SAW, lalu menyatakan keimanannya. Mereka kemudian
menyampaikan hal itu kepada kaum jin. Penyampaian para jin yang berbaiat
dengan Rasul SAW itu diabadikan dalam Alquran surah Al-Ahqaf [46]:
29-32.
Dalam Asbab an-Nuzul karya
Jalaluddin as-Suyuthi disebutkan sebab-sebab diturunkannya surah
Al-Ahqaf ayat 29-32. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu
Mas'ud. Ketika Rasulullah SAW sedang membaca ayat-ayat Alquran, ada
beberapa jin (sejumlah riwayat menyebutkan jumlahnya ada sembilan jin
dan sebagian lain menyebutkan tujuh jin) yang turut mendengarkan bacaan
Alquran dari Rasulullah SAW. Kemudian, salah satu dari jin itu
mengingatkan teman-temannya, "Diamlah, perhatikan bacaannya." Sesudah
itu mereka kembali kepada kaumnya untuk mengingatkan mereka pada jalan
yang benar.
Dalam kitab Ad-Durur al-Manshur
disebutkan bahwa jumlah jin yang datang kepada Rasulullah SAW itu
sebanyak tujuh jin. Sementara itu, menurut Ibnu Mas'ud sebagaimana
dikutip Syekh Abdul Mun'im Ibrahim, dalam kitabnya Ma Qabla Khalqi Adam
dan telah diterjemahkan dengan judul Adakah Makhluk Sebelum Adam?
Menyingkap Misteri Awal Kehidupan, jumlah mereka sebanyak sembilan dan
salah satu dari jin itu bernama Zauba'ah.
Responsif Dalam kitab Fath
al-Bari bi syarh Shahih al-Bukhari bab Dzikru al-Jin disebutkan,
pemimpin para jin itu bernama Wirdan. Para jin itu berasal dari
Nasibain, yaitu sebuah daerah yang terletak di perbatasan antara Negara
Irak dan Suriah, yaitu di dekat Mosul.
Menurut Abdullah ibnu Umar, ayat
Alquran yang dibacakan Rasulullah SAW ketika itu adalah surah
Ar-Rahman. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada bagiku selain golongan
jin yang lebih baik dalam merespons surah Ar-Rahman daripada kalian."
Para sahabat bertanya,
"Bagaimana bisa, ya Rasul?" Rasulullah menjawab, "Ketika aku membaca
ayat `Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan,' para jin
berkata, "Wahai Tuhan kami, tidak ada sedikit pun dari nikmat-Mu yang
kami dustakan."
Dalam hadis ini, Rasulullah SAW
mengajarkan kepada para sahabatnya mengenai bagaimana mereka (golongan
jin) menafakuri dan menadaburi (menelaah dan mencerna) ayat-ayat Allah
SWT. Ketika ayat Alquran menanyakan sesuatu, para Jin itu dengan cepat
merespons pertanyaan Allah.
Sementara itu, para sahabat
masih terdiam dan terpaku mendengarkan ayat-ayat tersebut. Para jin
lebih respek terhadap ayat yang banyak menggunakan kalimat istifham
(pertanyaan) daripada manusia. Namun, diamnya para sahabat dalam
merespons ayat Alquran ini masih lebih baik dibandingkan dengan
orangorang kafir Quraisy yang enggan mengimani dan meyakini kebenaran
Alquran dan ajaran Islam.
Teguran Menurut Syauqi Abu
Khalil dalam Atlas Al-Qur'an, surah Jin dan Al-Ahqaf itu memberikan
teguran kepada orangorang kafir Quraisy dan Arab di Makkah yang
terlambat merespons keimanan. Sementara itu, jin yang bukan berasal dari
golongan manusia lebih cepat dalam menerima dan merespons dakwah yang
disampaikan Rasulullah SAW.
Para Jin ini terbagi dua, yakni
jin kafir dan jin Islam (mukmin). Jin yang beriman akan ditempatkan di
surga, sedangkan jin kafir akan ditempatkan di neraka. Rasulullah SAW
menggambarkan bahwa para jin itu terbagi tiga golongan, yakni golongan
yang bisa terbang di udara, golongan ular dan anjing, serta golongan
yang bermukim dan hidup berpindah-pindah. Lihat hadis sahih yang
diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam Maqasid asy-Syaithan, dalam bagian
Hawatif, riwayat al-Hakim, dan juga hadis lainnya.
Sebagaimana manusia dan hewan,
para jin ini juga makan dan minum, menikah, beranak, serta mati. Menurut
Syekh Abdul Mun'im Ibrahim, para jin ini adalah penghuni dunia yang
hidup di tempat-tempat sepi dari manusia dan di padang pasir. Dan,
diantara para jin itu ada yang hidup di pulau-pulau di tengah laut, di
tempat sampah, di tempat rusak, dan di antara mereka ada yang hidup
bersama manusia.
Jin memiliki kemampuan yang
tidak dimiliki manusia, seperti terbang, naik ke langit, mendengar apa
yang tidak bisa di dengar oleh manusia, dan mereka juga melihat apa yang
tidak dapat dilihat oleh manusia. Wa Allahu A'lam.