Di abad-abad awal Islam, kaum sufi
tidak terorganisasi dalam lingkungan-lingkungan khusus atau tarekat.
Namun, dalam perjalanan waktu, ajaran dan teladan pribadi kaum sufi yang
menjalani kehidupan menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan agama
mulai banyak menarik kelompok manusia. Di antara abad kesembilan dan
kesebelas, mulai muncul berbagai tarekat sufi, yang meliputi para ahli
dari segala lapisan masyarakat. Ketika tarekat sufi, atau persaudaraan
sufi ini muncul, pusat kegiatan sufi bukan lagi di rumah-rumah pribadi,
sekolah atau tempat kerja sang pemimpin spiritual.
Selain itu, struktur yang lebih
bersifat kelembagaan pun diberikan pada pertemuan-pertemuan mereka, dan
tarekat-tarekat sufi mulai menggunakan pusat-pusat yang sudah ada khusus
untuk pertemuan-pertemuan ini. Pusat pertemuan kaum sufi biasanya
disebut Khaneqah atau Zawiyya. Orang Turki menamakan tempat perlindungan
orang sufi sebagai Tekke. Di Afrika Utara tempat semacam itu disebut
Ribat, nama yang juga digunakan untuk menggambarkan kubu atau benteng
tentara sufi yang membela jalan Islam dan berjuang melawan orang-orang
yang hendak menghancurkannya. Di anak-benua India, pusat sufi disebut
Jama’at Khana atau Khaneqah.
Sama halnya dengan berbagai
mazhab hukum Islam, yang muncul pada abad-abad awal setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW, dimaksudkan untuk menegaskan suatu jalan yang jelas
untuk penerapan hukum tersebut, demikian pula tarekat-tarekat sufi yang
muncul dalam periode yang sama bermaksud menegaskan jalan yang sederhana
bagi praktik penyucian batin. Sebagaimana banyak mazhab hukum Islam
(fiqh) tidak lagi dipropagandakan sehingga berakhir, demikian pula
banyak tarekat besar menghadapi situasi yang serupa. Di abad kesembilan
terdapat lebih dari tiga puluh mazhab fiqh Islam, tetapi kemudian jumlah
tersebut berkurang hingga lima atau enam saja. Di abad ke-12 Anda tak
dapat menghitung jumlah tarekat sufi, antara lain karena banyaknya, dan
karena tarekat-tarekat itu belum ditegaskan sebagai tarekat. Sebagian
besar syekh dan guru spiritual dalam tarekat sufi dan mazhab hukum tidak
mengharapkan ajaran mereka akan diberikan penafsiran yang terbatas dan
sering kaku pada masa setelah kematian mereka, atau bahwa tarekat sufi
dan mazhab hukum dinamai dengan nama mereka. Namun, terpeliharanya
tarekat-tarekat sufi sebagian sering merupakan akibat dari pengasingan
diri (uzlah) secara fisik dan arah yang diambil oleh kecenderungan Islam
Suatu kecenderungan yang nampak
pada tarekat-tarekat sufi ialah bahwa banyak diantaranya telah saling
bercampur, sering saling memperkuat dan kadang saling melemahkan.
Kebanyakan tarekat sufi memelihara catatan tentang silsilahnya, yakni
rantai penyampaian pengetahuan dari syekh ke syekh, yang sering
tertelusuri sampai kepada salah satu Imam Syi’ah dan karenanya kembali
melalui Imam ‘Ali ke Nabi Muhammad SAW, sebagai bukti keotentikan dan
wewenangnya. Satu-satunya kekecualian adalah tarekat Naqsyabandiyah yang
silsilah penyampaiannya melalui Abu Bakar, khalifah pertama di Madinah,
ke Nabi Muhammad SAW.
Berikut ini adalah beberapa
tarekat sufi yang masih ada hingga kini, masing-masing dengan
ciri-cirinya yang menonjol. Para pencari pengetahuan mungkin menjadi
anggota dari satu atau beberapa tarekat, karena memang mereka sering
mengikuti lebih dari seorang syekh sufi. Yang berikut ini hanya contoh
dari beberapa tarekat sufi yang secara pribadi telah akrab dengan
penulis.
Tarekat Qadiriyah
Tarekat Qadiriyah didirikan oleh
Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani (m. 1166) dari Gilan di Iran, yang
kemudian bermukim di Baghdad, Irak. Setelah wafatnya, tarekatnya
disebarkan oleh putra-putranya. Tarekat Qadiriyah telah menyebar ke
banyak tempat, termasuk Suriah, Turki, beberapa bagian Afrika seperti
Kamerun, Kongo, Mauritania dan Tanzania, dan di wilayah Kaukasus,
Chechnya dan Ferghana di Asia Tengah, serta di tempat- tempat lain.
Tarekat Rifa’iyah
Didirikan oleh Syekh Ahmad
ar-Rifa’i (m. 1182) di Basra, tarekat Rifa’i telah menyebar ke Mesir,
Suriah, Anatolia di Turki, Eropa Timur dan wilayah Kaukasus, dan
akhir-akhir ini di Amerika Utara.
Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syadzili terealisasi di
sekitar Syekh Abul Hasan asy-Syadzili dari Maroko (m. 1258) dan akhirnya
menjadi salah satu tarekat terbesar yang mempunyai pengikut yang luar
biasa banyaknya. Sekarang tarekat ini terdapat di Afrika Utara, Mesir,
Kenya dan Tanzania, Timur Tengah, Sri Langka dan di tempat-tempat lain,
termasuk di Amerika Barat dan Utara.
Tarekat Maulawiyah
Tarekat Maulawiyah berpusat di
sekitar Maulana Jalaluddin Rumi dari Qonya di Turki (m. 1273). Sekarang
kebanyakan terdapat di Anatolia di Turki, dan pada akhir-akhir ini di
Amerika Utara. Para pengikut tarekat ini juga dikenal sebagai para
darwis yang berputar-putar.
Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Naqsyabandiyah mengambil
nama dari Syekh Baha’uddin Naqsyaband dari Bukhara (m. 1390). Tarekat
ini tersebar luas di wilayah Asia Tengah, Volga dan Kaukasus, Cina
bagian baratlaut dan baratdaya, Indonesia, di anak-benua India, Turki,
Eropa dan Amerika Utara. Ini adalah satu-satunya tarekat terkenal yang
silsilah penyampaian ilmunya kembali melalui penguasa Muslim pertama,
Abu Bakar, tidak seperti tarekat-tarekat sufi terkenal lainnya yang
asalnya kembali kepada salah satu imam Syi’ah, dan dengan demikian
melalui Imam ‘Ali, sampai Nabi Muhammad SAW.
Tarekat Bektasyiyah
Tarekat Bektasyiyah didirikan
oleh Haji Bektasy dari Khurasan (m. 1338). Gagasan Syi’ah merembes masuk
dengan kuatnya pada tarekat sufi ini. Tarekat ini terbatas di Anatolia,
Turki, dan yang paling berpengaruh hingga awal abad ke-20. Tarekat ini
dipandang sebagai pengikut Mazhab Syi’ah.
Tarekat Ni’matullah
Tarekat Ni’matullah didirikan
oleh Syekh Nuruddin Muhammad Ni’matullah (m. 1431) di Mahan dekat Kirman
baratdaya Iran. Para pengikutnya terutama terdapat di Iran dan India.
Tarekat Tijaniyah
Tarekat Tijani didirikan oleh
Syekh Abbas Ahmad ibn at-Tijani, orang Berber Aljazair (rn. 1815).
Tarekat ini telah menyebar dari Aljazair ke selatan Sahara dan masuk ke
Sudan bagian barat dan tengah, Mesir, Senegal, Afrika Barat dan bagian
utara Nigeria, dan telah diperkenalkan di Amerika Barat dan Utara.
Tarekat Jarrahiyah
Tarekat Jarrahi didirikan oleh
Syekh Nuruddin Muhammad al-Jarrah dari Istambul (m. 1720). Tarekat ini
terutama terbatas di Turki, dengan beberapa cabang di Amerika Barat dan
Utara.
Tarekat Chistiyah
Tarekat yang paling berpengaruh
di anak-benua India-Pakistan adalah tarekat Chisti, yang dinamai dengan
nama pendirinya Khwaja Abu Ishaq Syami Chisti (m. 966). Penyebarannya
terutama di Asia Tenggara.
Tarekat-tarekat sufi,
sebagaimana gerakan-gerakan lainnya, cenderung bersiklus. Siklus suatu
tarekat sufi biasanya antara dua sampai tiga ratus tahun sebelum melemah
dan merosot. Bilamana muncul suatu kebutuhan terhadap suatu tarekat
sufi maka tarekat tersebut mulai bangkit, kemudian mencapai klimaksnya,
lalu berangsur-angsur berkurang dan bubar.
Satu kecenderungan yang dapat
diamati dalam sejarah tasawuf ialah bahwa bilamana terdapat kekurangan
dalam materi sumber Islam, seperti Al-Qur’an atau sunnah Nabi Muhammad
SAW, dalam suatu tarekat sufi, maka ia cenderung didominasi oleh kultur
yang lebih kuat dan tua dari lingkungannya. Percampuran ini dapat
dilihat pada tarekat Chistiyah di Asia Tenggara dan pada tarekat-tarekat
sufi di Indonesia yang telah menyerap banyak unsur adat Hindu dan
Buddha ke dalam praktik-praktiknya. Demikian pula, tarekat-tarekat sufi
Afrika di bawah wilayah Sudan telah memadukan beberapa adat keagamaan
suku-suku Afrika ke dalam praktik-praktik mereka. Nampaknya di
kawasan-kawasan terpencil itu semua tarekat sufi telah mengambil warna
kultus.
(Sumber: Kompasiana)